kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Catat Kenaikan Mingguan Pertama dalam Tiga Pekan, Brent Melesat 11,5%


Sabtu, 26 Maret 2022 / 12:25 WIB
Harga Minyak Catat Kenaikan Mingguan Pertama dalam Tiga Pekan, Brent Melesat 11,5%


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak mentah kembalo berada di atas US$ 120 per barel pada akhir pekan. Investor kembali menghitung dampak serangan rudal terhadap fasilitas distribusi minyak di Arab Saudi dengan kemungkinan pelepasan cadangan minyak oleh Amerika Serikat.

Jumat (25/3), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2022 ditutup naik US$ 1,62 atau 1,4% menjadi US$ 120,65 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2022 juga ditutup melonjak US$ 1,56 atau 1,4% ke US$ 113,90.

Kedua harga minyak acuan ini mencatat kenaikan mingguan pertama dalam tiga minggu. DI mana, Brent melesat 11,5% dan WTI menanjak 8,8% di pekan ini.

Sentimen bagi harga minyak datang setelah Houthi Yaman mengatakan telah melancarkan serangan terhadap fasilitas energi Arab Saudi pada hari Jumat (25/3). Di saat yang sama, koalisi yang dipimpin Saudi menyebut, stasiun distribusi bahan bakar Aramco di Jeddah telah menjadi sasaran serangan, tetapi tembakan di dua tank di fasilitas tersebut sudah berhasil dikendalikan.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Masih Memanas, Harga Gas Alam Semakin Melambung

Arab Saudi menegaskan, tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan minyak di pasar global yang disebabkan oleh serangan pihak Houthi Yaman terhadap fasilitas minyaknya.

Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran yang telah memerangi koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi selama tujuh tahun terakhir dengan meluncurkan rudal ke fasilitas Aramco di Jeddah dan drone di kilang Ras Tanura dan Rabigh, kata juru bicara militer kelompok itu.

“Pasar, yang sudah menghindari pasokan minyak Rusia, memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan dengan serangan Houthi yang berpotensi berdampak pada produksi Arab Saudi,” kata Andrew Lipow, President Lipow Oil Associates di Houston. Tercatat, serangan pemberontak Houthi menjadi lebih sering.

Serangan itu terjadi hanya lima hari setelah kelompok pemberontak Houthi menembakkan rudal dan drone ke fasilitas desalinasi energi dan air Arab Saudi. Ini menyebabkan penurunan sementara produksi di kilang.

Dengan stok global pada level terendah sejak 2014, analis mengatakan pasar tetap rentan terhadap kejutan pasokan.

Terlebih, pemerintahan Presiden Joe Biden sedang mempertimbangkan pelepasan minyak lain dari Cadangan Minyak Strategis yang, jika dilakukan, bisa lebih besar dari penjualan 30 juta barel awal bulan ini, kata seorang sumber.

Baca Juga: Wall Street Bertenaga, S&P 500 dan Dow Jones Ditutup Menguat Ditopang Sektor Keuangan

Jumlah rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, naik tujuh menjadi 531 minggu ini, tertinggi sejak April 2020, karena pemerintah mendesak produsen untuk meningkatkan produksi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Meskipun jumlah rig minyak telah naik selama 19 bulan berturut-turut, peningkatannya kecil dan melambat baru-baru ini karena banyak perusahaan fokus untuk mengembalikan uang kepada investor daripada meningkatkan output dan menghadapi kendala pasokan.

Harga minyak tergelincir di awal sesi karena ekspor dari terminal minyak mentah CPC Kazakhstan sebagian dilanjutkan dan Uni Eropa menahan diri untuk memberlakukan embargo pada energi Rusia karena anggota tetap terpecah dalam masalah ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×