Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak ditutup turun lebih dari 1% pada hari Jumat (8/3). Bahkan, penurunan harga minyak secara mingguan lebih dalam lagi.
Pasar minyak tetap waspada terhadap lemahnya permintaan Tiongkok. Padahal, kelompok produsen OPEC+ memperpanjang pengurangan pasokan.
Jumat (8/3), harga minyak WTI kontrak April 2024 di pasar Nymex turun 1,16% ke US$ 78,01 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini anjlok 2,45% dari posisi US$ 79,97 per barel pada Jumat (1/3) lalu.
Sejalan, harga minyak Brent kontrak Mei 2024 turun 1,06% ke US$ 82,08 per barel pada Jumat (8/3). Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini turun 1,76% dari US$ 83,55 per barel pada Jumat (1/3).
“Sementara pasokan tetap terbatas karena pengurangan produksi OPEC dan sanksi Rusia yang memperlambat ekspor, permintaan dari Tiongkok tampaknya tertinggal dan permintaan musim mengemudi di AS belum meningkat,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial kepada Reuters.
Baca Juga: Cadangan Devisa Diprediksi Kembali Naik Pada Maret 2024, Ini Faktor Pendorongnya
Tiongkok pada awal pekan ini menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada tahun 2024. Target ini menurut banyak analis merupakan target ambisius tanpa adanya stimulus lebih banyak.
Impor minyak mentah Tiongkok meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023. Tetapi impor tersebut lebih lemah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Laporan terbaru ini melanjutkan tren penurunan pembelian oleh importir minyak terbesar dunia tersebut.
Di sisi pasokan, anggota OPEC+ yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia pada hari Minggu sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua. Kesepakatan ini memberikan dukungan ekstra kepada pasar minyak di tengah kekhawatiran terhadap pertumbuhan global dan peningkatan produksi di luar kelompok tersebut. .
Namun, produksi minyak mentah di negara-negara OPEC+ meningkat sebesar 212.000 barel per hari (bpd) pada bulan Februari dibandingkan produksi bulan Januari, menurut data dan penelitian Rystad Energy.
Sementara itu di AS, perusahaan-perusahaan energi pada minggu ini mengurangi jumlah rig minyak beroperasi sebanyak dua rig menjadi 504 rig pada minggu ini. Jumlah tersebut merupakan angka terendah sejak 23 Februari, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes. Jumlah rig beroperasi merupakan indikator produksi di masa depan.
Baca Juga: Menteri ESDM Sebut Harga BBM Tak Akan Naik hingga Juni 2024
Pasar minyak telah menerima sinyal mengenai waktu kemungkinan penurunan suku bunga di AS dan Uni Eropa dalam hari sesi sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan lapangan kerja AS naik sebesar 275.000 nonfarm payrolls baru pada bulan Februari, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Jumlah ini mengalahkan ekspektasi kenaikan sebesar 200.000 menurut survei Reuters.
Namun tingkat pengangguran juga meningkat dan pertumbuhan upah melambat. Data yang bervariasi ini menunjukkan bahwa perekonomian AS mungkin melambat sehingga tetap memperhitungkan antisipasi penurunan suku bunga pada bulan Juni dari Federal Reserve.
"Pasar kerja yang kurang ketat, mendukung narasi soft landing dan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Juni," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada hari Kamis mengatakan bahwa bank sentral tidak jauh dari keyakinan bahwa inflasi sudah cukup turun untuk mulai menurunkan suku bunga.
Kepala bank sentral Prancis dan pembuat kebijakan ECB Francois Villeroy de Galhau mengatakan, bank sentral Eropa ECB kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga antara bulan April dan Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News