kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak ambles lebih dari 2%, WTI tergelincir ke US$ 66,64 per barel


Senin, 09 Agustus 2021 / 14:19 WIB
Harga minyak ambles lebih dari 2%, WTI tergelincir ke US$ 66,64 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak mentah masih melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah terus anjlok lebih dari 2% pada perdagangan awal pekan ini. Koreksi ditopang oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran bahwa pembatasan pandemi baru di Asia, terutama China, dapat menghambat pemulihan global di permintaan bahan bakar.

Senin (9/8) pukul 14.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 anjlok 2,2% menjadi US$ 69,17 per barel. Brent sudah merosot 6% di minggu lalu, dan cetak kerugian mingguan terbesar dalam empat bulan.

Serupa, harga mnyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2021 ambles 2,4%, ke US$ 66,64 per barel, setelah merosot hampir 7% di minggu lalu dalam penurunan mingguan paling tajam dalam sembilan bulan.

"Kekhawatiran tentang potensi erosi permintaan minyak global telah muncul kembali dengan percepatan tingkat infeksi varian Delta," kata analis RBC Gordon Ramsay dalam sebuah catatan.

Analis ANZ juga menunjuk pembatasan baru di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, sebagai faktor utama yang mengaburkan prospek pertumbuhan permintaan.

Pembatasan tersebut termasuk pembatalan penerbangan, pengetatan terhadap perjalanan di 46 kota dan pembatasan transportasi umum dan layanan taksi di 144 daerah yang paling parah terkena dampaknya.

Baca Juga: Harga minyak anjlok 2%, Brent kembali ke bawah US$ 70 per barel di pagi ini (9/8)

Pada hari ini, China melaporkan 125 kasus Covid-19 baru, naik dari 96 sehari sebelumnya. Di Malaysia dan Thailand, infeksi Covid-19 juga terus mencapai rekor harian lebih dari 20.000 kasus.

Menambah kesuraman, data yang dirilis selama akhir pekan menunjukkan pertumbuhan ekspor China melambat lebih dari yang diharapkan pada Juli menyusul merebaknya kasus Covid-19 dan banjir. Sementara itu, pertumbuhan impor juga lebih lemah dari yang diharapkan.

"Kedua kontrak (benchmark crude) terlihat rentan terhadap lebih banyak berita buruk tentang virus corona, dengan fokus pada China Daratan. Pasar akan sensitif terhadap berita utama yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China memuncak juga setelah data perdagangan akhir pekan," analis pasar senior OANDA Jeffrey Halley berkata dalam sebuah catatan.

Impor minyak mentah China turun sedikit pada basis harian di bulan Juli menjadi 9,71 juta barel per hari (bph). Artinya, dalam empat bulan berturut-turut, impor minyak mentah China di bawah 10 juta bph dan turun tajam pada rekor 12,94 juta bph pada Juni 2020 ketika penyulingan naik akibat minyak mentah yang murah. 

Reli dolar AS ke level tertinggi dalam empat bulan terhadap euro juga membebani harga minyak. Terlebih setelah laporan pekerjaan AS yang dirilis akhir pekan lalu lebih kuat dari perkiraan. Ini memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin bergerak lebih cepat untuk memperketat kebijakan moneter AS.

Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Selanjutnya: Nanjing, pusat wabah terbaru di China catat nol kasus COVID-19 lokal baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×