Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara global yang semakin membara membawa berkah bagi sejumlah produsen batubara. Tak heran jika PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pun berharap tren tersebut bakal terus berlanjut.
Dileep Srivastava, Direktur BUMI memperkirakan, rata-rata harga jual batubara BUMI tahun ini bisa menyentuh US$ 51 per ton. Target tersebut 16% lebih besar dibanding realisasi rata-rata harga jual BUMI sepanjang 2020 yang ada di level US$ 44,2 per ton.
Membaiknya permintaan pasar menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga. Optimisme kian besar sejalan dengan berjalannya program vaksin. "Ditambah lagi dengan tingginya curah hujan yang membuat suplai terganggu," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (7/4).
Tren kenaikan harga sejatinya sudah terlihat sejak awal tahun ini. Pada bulan Januari lalu, rata-rata harga jual batubara BUMI sebesar US$ 50 per ton. Pada Februari, harganya naik menjadi US$ 54,3 per ton.
Harga tersebut merupakan rata-rata harga jual dari dua anak usahanya, Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia. Realisasi harga jual KPC naik menjadi US$ 60,5 per ton dari sebelumnya US$ 54,7 sepanjang periode Januari-Februari tahun ini.
Baca Juga: HBA April naik, Bumi dan Adaro pertahankan target produksi tahun ini
Sedang rata-rata harga jual Arutmin per Januari kemarin sebesar US$ 37,9 per ton. Pada Februari, angkanya sedikit meningkat jadi US$ 37,9 per ton.
BUMI mencatat volume produksi 6,3 juta ton pada Februari. Volume ini naik sekitar 7% dibanding produksi Januari, 5,9 juta ton.
Namun, volume penjualan per Februari turun 10% secara bulanan menjadi 6 juta ton. Sebab, jumlah hari di bulan ini lebih sedikit. "Penjualan juga terhambat cuaca buruk," imbuh Dileep.
Tahun ini, BUMI menargetkan volume produksi batubara dalam kisaran 85 juta ton-89 juta ton hingga akhir tahun. Adapun realisasi sepanjang 2020 sebesar 81 juta ton batubara.
Selanjutnya: HBA April naik, Bumi dan Adaro pertahankan target produksi tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News