kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.171.000   -3.000   -0,14%
  • USD/IDR 16.770   45,00   0,27%
  • IDX 8.041   -85,89   -1,06%
  • KOMPAS100 1.115   -15,24   -1,35%
  • LQ45 796   -13,08   -1,62%
  • ISSI 280   -3,76   -1,33%
  • IDX30 418   -6,67   -1,57%
  • IDXHIDIV20 480   -5,99   -1,23%
  • IDX80 122   -1,69   -1,37%
  • IDXV30 134   0,38   0,28%
  • IDXQ30 132   -1,76   -1,31%

Harga Melemah, Analis Rekomendasi Saham Blue Chip LQ45 Layak Beli Mulai Hari Ini 26/9


Jumat, 26 September 2025 / 06:46 WIB
Harga Melemah, Analis Rekomendasi Saham Blue Chip LQ45 Layak Beli Mulai Hari Ini 26/9
ILUSTRASI. Harga Melemah, Analis Rekomendasi Saham Blue Chip LQ45 Layak Beli Mulai Hari Ini 26/9


Reporter: Rashif Usman | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Harga sejumlah saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga September 2025 ini masih tertekan. Analis menilai penurunan harga sebagai momentum untuk mulai mengoleksi saham blue chip tersebut.

Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman lama di pasar modal. Saham blue chip biasanya berasal dari perusahaan dengan kinerja fundamental bagus serta memiliki nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah atau lebih.

Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Hingga menjelang akhir September 2025, pergerakan LQ45 malah tertinggal jauh dibandingkan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per Kamis (25/9/2025), LQ45 turun 3,74% year to date (ytd). Sebaliknya, IHSG justru melesat 13,57% ytd di level 8.040,66.

Baca Juga: Syarat Rekrutmen Tamtama & Bintara TNI AD Dilonggarkan, Cek Juga Gaji Tentara 2025

David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menjelaskan bahwa pelemahan LQ45 terutama disebabkan oleh saham big caps di sektor perbankan, konsumsi, dan komoditas yang cenderung bergerak sideways sepanjang tahun.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang bikin LQ45 tertekan:

  • Aksi profit taking investor asing
  • Margin tergerus akibat biaya dana tinggi
  • Tekanan global dari harga batu bara, nikel, hingga CPO (crude palm oil)

Sementara itu, IHSG justru naik berkat reli saham-saham second liner dan new economy. Lonjakan ini banyak dipicu spekulasi investor ritel serta sentimen sektoral.

Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, menilai LQ45 masih tertahan karena bobot terbesarnya ada di sektor keuangan yang masih menghadapi tekanan. “Sementara, penguatan IHSG belakangan ini lebih banyak digerakkan oleh saham-saham konglomerasi,” kata Audi kepada Kontan.

Kinerja IHSG juga terbantu dari laporan keuangan emiten dan rebalancing indeks global seperti MSCI dan FTSE.

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menambahkan ada dua alasan utama kenapa LQ45 tertinggal dari IHSG:

  • Net sell asing yang terus berlanjut, dipicu kekhawatiran arah kebijakan fiskal, pelemahan rupiah, dan kondisi ekonomi global yang belum pulih.
  • Pergerakan IHSG lebih banyak ditopang saham-saham lapis dua dan emiten konglomerasi yang berada di luar LQ45.

Sementara itu, sektor yang jadi motor penggerak antara lain energi, hilirisasi, EBT, hingga konstruksi.

Tonton: Buruh Bakal Gelar Aksi di DPR 30 September 2025, Tuntut Upah Naik 10,5%

Rekomendasi saham blue chip

Meski masih merah, peluang rebound LQ45 hingga akhir tahun disebut masih terbuka. Ekky menilai, penurunan suku bunga BI, tambahan likuiditas perbankan, serta stabilisasi kebijakan fiskal bisa jadi katalis positif.

“Kalau kredit mulai tumbuh dan rupiah stabil, investor institusi kemungkinan akan balik masuk ke LQ45, apalagi mendekati window dressing dan rilis laporan keuangan kuartal III,” ujarnya.

David juga sependapat. Menurutnya, peluang penurunan suku bunga akan meringankan beban sektor perbankan dan konsumsi. Selain itu, valuasi big caps yang relatif murah dibandingkan dengan regional bisa menarik aliran dana asing kembali.

Berikut sejumlah rekomendasi saham blue chip dari para analis:

Oktavianus Audi (Kiwoom Sekuritas):

  • Buy: BBCA (Rp 9.000), BBRI (Rp 4.250)
  • Trading Buy: TLKM (Rp 3.450), SMRA (Rp 490)

David Kurniawan (IPOT):

  • Buy: BBRI (Rp 4.700), BMRI (Rp 7.100), TLKM (Rp 3.700)

Baca Juga: M6 Terlaris Agustus 2025, 4 Mobil Listrik BYD Masuk 10 Besar, Cek Harga BYD Terbaru

Selanjutnya: Asuransi Jiwa Milik Lokal Punya Peluang Dorong Kinerja Lewat Produk Tradisional

Menarik Dibaca: Promo JSM Superindo Spesial Gajian 26-28 September 2025, Kiwi Gold-Molto Diskon 40%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×