Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Logam mulia mencatat kinerja positif di kuartal I-2016. Adanya kekhawatiran terhadap ekonomi global, seperti gejolak pasar saham China hingga potensi kenaikan suku bunga The Fed yang mulai luntur menjadi penopang komoditas logam mulia tahun ini. Berikut prospek logam mulia ke depan.
- Emas
Di antara komoditas logam mulia, emas kembali mencatat kenaikan harga tertinggi di kuartal I-2016. Harga si kubung terus menanjak 16,4% menjadi US$ 1.235,6 per ons troi di akhir Maret 2016.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mencermati, penguatan harga emas dimulai saat bursa saham Tiongkok anjlok. Kala itu investor memindahkan aset mereka ke emas yang masih diangap sebagai save haven.
Menjelang akhir tahun, logam mulia dapat terangkat jika Inggris keluar dari Uni Eropa. "Menjelang referendum di Juni akan ada banyak polling. Hasilnya bakal mempengaruhi harga emas," lanjut Putu.
Jika Inggris jadi keluar dari Uni Eropa, Putu meramal, harga emas menguat hingga US$ 1.300 per ons troi. Selanjutnya, pergerakan komoditas kembali melihat data-data ekonomi AS serta suku bunga The Fed. Jika The Fed menahan kenaikkan suku bunga, harga emas bisa turun ke level US$ 1.210 - US$ 1.230 per ons troi pada akhir tahun.
Tapi jika The Fed akhirnya menaikkan suku bunga, harga emas akan nongkrong di level US$ 1.140 per ons troi.
- Perak
Pergerakan harga perak seiring dengan emas. Di kuartal I-2016, harga perak menguat 8,76%. Tak hanya sebagai logam mulai, peran perak mulai dilirik sebagai save haven. Tapi, perlambatan ekonomi China mengerem penguatan harga perak tahun ini.
Penurunan permintaan tak hanya terjadi di China, juga di AS dan Eropa. Alhasil harga perak sempat tertekan ke posisi terendah, di US$ 13,776 per ons troi. Di samping itu, harga perak juga dibayangi kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
"Pelaku pasar wait and see terhadap kenaikan suku bunga The Fed," ujar Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures.
Penundaan kenaikan suku bunga sempat menerbangkan harga perak. Meski demikian, prospek harga perak belum berubah.Permintaan juga belum terlihat membaik. Hal ini menyebabkan harga perak rentan melemah.
Peluang harga menguat hanya dari sisi faktor teknikal, yakni ketika sudah mendekati area oversold. Jika akhirnya The Fed menahan kenaikan suku bunga, Wahyu menduga, harga perak menguat hingga US$ 18 per ons troi pada akhir tahun. Namun, jika suku bunga naik, harga terkikis jadi US$ 15.
- Platinum
Dalam tiga bulan pertama tahun 2016, platinum mencatat kenaikan 6,85%. Tak seperti komoditas logam mulia lain, anjloknya bursa saham China malah membuat platinum tertekan.
Maklum, China adalah konsumen platinum terbesar dunia. Komoditas ini digunakan untuk mengurangi emisi kendaran bermotor. Jadi, jika ekonomi China turun, permintaan platinum anjlok.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, stimulus ekonomi Eropa, China hingga Jepang diharapkan mampu membangkitkan permintaan platinum. Di sisi lain, produsen platinum mulai mengurangi produksi. Jatuhnya harga membuat mereka merugi.
Jika The Fed masih menahan kenaikan suku bunga, Ibrahim memprediksi, harga platinum pada akhir semester pertama tahun ini menguat hingga US$ 1.100 per ons troi. Lalu menjelang akhir tahun, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed dapat menekan harga hingga kembali ke US$ 900 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News