kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Logam Mulia Masih Merangkak Naik di Tengah Konflik


Selasa, 12 April 2022 / 19:12 WIB
Harga Logam Mulia Masih Merangkak Naik di Tengah Konflik
ILUSTRASI. Masalah geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih menjadi pendongkrak utama harga logam mulia.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masalah geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih menjadi pendongkrak utama harga logam mulia. Harga emas dan perak menguat akibat ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve dan konflik geopolitik Ukraina-Rusia.

Konflik kedua negara ini turut menyebabkan gangguan pasokan paladium. Rusia merupakan salah satu produsen paladium terbesar. Kemarin, perdagangan paladium dan platinum dari Rusia dihentikan di pasar utama London. 

"Kalau dilihat dalam beberapa bulan terakhir atau minggu terakhir harga emas masih terjebak pada kisaran US$ 1.890-US$ 1.970 belum beranjak dari level tersebut karena masih ada daya tarik menarik sentimen karena sebagi safe haven dari faktor ekspetasi kenaikan suku bunga dan inflasi akibat geopolitik," ujar Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf kepada Kontan.co.id, Selasa (12/4). 

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 4.000 Menjadi Rp 997.000 Per Gram Pada Hari Ini (12/4)

Sementara Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan komoditas logam mulia seperti emas masih sangat kuat. Harga perak akan mengikuti emas. Sedangkan platinum dan paladium masih akan tertekan karena permintaan terganggu, terutama dari produsen mobil yang masih terkendala pada produksi.

Menurut Alwi terdapat tiga skenario prospek logam mulia khususnya emas. "Skenario pertama investor sudah mulai kebal terhadap isu Ukraina sehingga selama eskalasi masih berada di wilayah Ukraina dan tidak meluas sampai melibatkan NATO atau negara-negara lainnya pergerakan emas cenderung akan sideway," ucap Alwi.

Sementara skenario kedua ketika konflik meluas bisa saja membuat harga emas kembali melonjak tajam bahkan mungkin bisa di level tertinggi dalam sepanjang masa di kisaran US$ 2.070. Skenario ketiga adalah ketika konflik Rusia-Ukraina mereda sehingga permintaan atas safe haven akan meredup. 

Baca Juga: Kenaikan Harga Nikel Global Akibat Keterbatasan Supply dan Tumbuhnya Demand

Di sisi lainnya ketika harga minyak ikut terkoreksi maka kekhawatiran mengenai inflasi yang dipercepat oleh kenaikan harga komoditas energi akan semakin berkurang sehingga bisa memukul harga emas. 

Lukman mengatakan komoditas logam mulia terutama emas masih akan diburu sebagai safe haven di tengah ketidakpastian perang di Ukraine serta permintaan fisik, terutama institusi dan bank sentral.  "Namun kenaikan suku bunga yang agresif dari the Fed akan sangat mungkin menekan harga emas," ucap Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (12/4). 

Alwi menjelaskan logam mulia paladium sempat terkena penutupan transaksi dari LME yang menangguhkan perdagangan dari Rusia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai pasokan paladium, jadi saat ada potensi gangguan terhadap pasokan dari logam mulia tersebut akan cenderung membuat harga logam mulia tersebut meroket. 

Baca Juga: Harga Paladium stabil Setelah Melompat 5% di Tengah Risiko Pasokan Rusia

"Masih melihat kelanjutannya apakah bersifat sementara atau tidak, tapi yang jelas ini sempat mengangkat harga paladium naik sampai 5% dan kalau sampai berkepanjangan dapat mengangkat kembali harga paladium, sementara untuk platinum sama halnya dengan paladium yang memiliki sentimen yang serupa," kata Alwi.

Sementara Lukman menyebut permintaan platinum, paladium, dan perak dari manufaktur otomotif masih akan tertekan. Suplai dari Rusia terganggu dan dapat membuat harga komoditas logam mulia kembali naik. Lukman menambahkan, jika masalah pada chip shortage sudah diatasi, harga platinum, paladium dan perak akan bisa naik jauh lebih tinggi.

Alwi melihat emas paling menarik untuk investasi karena memiliki isu yang jelas dan merupakan salah satu safe haven. "Kalau dilihat emas masih bergerak dalam area kisaran trading artinya harganya sudah bergerak mendekati area resisten di tengah pola konsolidasi, tinggal dicari level area support dan resisten, karena sentimennya saat ini masih mix dan pergerakan harga cenderung bergerak di kisaran tertentu," ucap Alwi

Sementara kalau mengandalkan sentimen, Alwi memilih logam mulia paladium, karena pergerakan paladium cukup fluktuatif dan krisis di Ukraina bisa meningkatkan harga paladium.

Baca Juga: Platinum and Paladium Rusia Diblokir dari Perdagangan London, Pasar Terbesar di Dunia

Lukman memperkirakan harga emas berpotensi kembali naik di atas US$ 2.000 di akhir tahun. Tapi ada potensi koreksi harga akibat kenaikan suku bunga agresif dari The Fed. Dia memperkirakan, harga emas bisa terkoreksi ke kisaran US$ 1.800 sehingga investor bisa berburu emas di kisaran tersebut.

"Sementara paladium, perak dan platinum masih bergantung pada permintaan industri yang menurut saya belum bisa recover dari masalah supply chain dalam waktu dekat ini, apalagi lockdown di China belakangan ini semakin menekan produksi manufaktur, " kata Lukman. Dia memperkirakan harga perak akan berada di US$ 28 per ons troi pada akhir tahun. Sedangkan harga paladium dan platinum masing-masing US$ 2.600 dan US$ 950 per ons troi.

Alwi memproyeksikan harga emas di semester pertama 2022 berada di kisaran US$ 1.900-US$ 1.980 dan di level US$ 1.980-US$ 2.070 per ons troi pada akhir tahun. Sedangkan perak pada semester 1 2022 berada di level US$ 24,10-US$ 26. Akhir tahun 2022 berada di area US$ 23,40-US$ 26,95.

Dia memperkirakan harga platinum akan berada di US$ 886-US$ 1.113 pada semester pertama dan US$ 798-US$ 1.348 pada akhir tahun. Sedangkan harga paladium akan berada di US$ 1.865-US$ 2.815 pada semester pertama dan US$ 1.531-US$ 3.425 di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×