kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Logam Industri Kompak Naik, Pengamat Sebut Ini Hanya Bersifat Teknis


Selasa, 02 Juli 2024 / 19:19 WIB
Harga Logam Industri Kompak Naik, Pengamat Sebut Ini Hanya Bersifat Teknis
ILUSTRASI. Employees work at the production line of aluminium rolls at a factory in Zouping, Shandong province, China November 23, 2019. REUTERS/Stringer 


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri kembali bergerak naik sepekan terakhir. Namun, kenaikannya hanya dinilai bersifat teknis.

Berdasarkan data Bloomberg per Senin (1/7), harga logam industri di pasar LME hampir seluruhnya bergerak naik sepekan terakhir. Aluminium tercatat naik 0,47% ke US$2.515 per ton, timah naik 0,47% ke US$32.900 per ton, dan nikel 0,18% ke US$17.357 per ton. Hanya tembaga yang mencatatkan koreksi 0,32% ke US$9.630 per ton.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, kenaikan harga pada umumnya hanya bersifat teknis karena permintaan meningkat pada saat harga murah. "Secara fundamental, sebenarnya tidak ada yang bisa menjadi katalis untuk turun lebih banyak," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Di sisi lain, sepekan terakhir data manufaktur China juga cenderung membaik. Meski data manufaktur resmi pemerintah China masih menunjukkan kontraksi, tetapi masih sesuai dengan perkiraan. Bahkan, manufaktur Caixin justru sudah ekspansi dan lebih baik dari perkiraan.

Baca Juga: Tembaga Diramal Jadi Logam Dasar Paling Bullish di Semester Kedua

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, terutama dari China dan prospek suku bunga the Fed, investor cenderung hati-hati dan hanya melakukan pembelian ketika harga murah.

"Jadi secara umum, tren masih belum berubah karena investor masih wait and see akan perkembangan data-data ekonomi China dan kebijakan the Fed dalam beberapa bulan kedepan," jelasnya.

Secara prospek, Lukman melihat permintaan di masa depan masih bagus. Namun, pasokan aluminium dan nikel cenderung oversupply. Lalu, untuk aluminium diperkirakan tidak akan naik terlalu besar, mengingat produksi di China diharapkan akan kembali normal.

Ia pun memperkirakan target harga aluminium di US$2.650 per ton. Lalu nikel di US$19.000 per ton. Sementara timah dikisaran US$36.000 - US$38.000 per ton.Sementara tembaga dinilai masih menjadi yang paling prospektif, walau koreksi yang cukup besar dan menjauhi target US$10.500 - US$11.000.

"Logam industri pada umumnya akan mulai naik di kuartal ke IV setelah the Fed mulai memangkas suku bunga dan tentunya bank sentral lain seperti ECB dan BoE melanjutkan pemangkasan," tutupnya.

Selanjutnya: Bappebti Catat Jumlah Investor Kripto di Indonesia Tembus 20,16 Juta per April 2024

Menarik Dibaca: Ramalan Cuaca Besok (3/7) di Jawa Tengah Hujan Masih Turun di Daerah Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×