Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Hal Ini dibarengi dengan meroketnya harga minyak dunia. Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berpotensi mememperburuk pasokan minyak mentah.
Di sisi lain, Ukraina sebagai produsen minyak bunga matahari terbesar di dunia kesulitan untuk melakukan pengiriman.
Andreas menilai, pasokan yang terbatas secara struktural membuat harga CPO melambung tinggi. Perkiraan usia rata-rata nasional pohon sawit di Indonesia lebih dari 15 tahun. Di sisi lain, tidak ada ekspansi penanaman secara besar, yang berarti pasokan akan tetap terbatas. Masalah struktural yang sama juga terlihat di Malaysia.
Dengan demikian, Andreas meyakini harga CPO akan tetap di atas MYR 4.000 per ton untuk beberapa tahun ke depan. Untuk tahun ini, harga CPO akan di atas MYR 4.500 per ton dengan harga rata-rata MYR 5.000 per ton.
Andreas menyematkan rating overweight terhadap sektor perkebunan sawit. Dengan proyeksi harga rata-rata CPO tahun ini sebesar MYR 5.000 per ton, laba bersih (net income) emiten CPO di bawah cakupan analisis BRI Danareksa Sekuritas seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan tumbuh lebih dari 45% secara tahunan.
Andreas merekomendasikan beli saham DSNG dengan target harga Rp 1.000, LSIP dengan target harga Rp 2.200, AALI dengan target harga Rp 20.000, dan SSMS dengan target harga Rp 2.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News