kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.858   20,00   0,13%
  • IDX 7.303   107,83   1,50%
  • KOMPAS100 1.122   17,21   1,56%
  • LQ45 893   16,28   1,86%
  • ISSI 223   2,00   0,91%
  • IDX30 457   8,66   1,93%
  • IDXHIDIV20 551   11,40   2,11%
  • IDX80 129   1,83   1,44%
  • IDXV30 137   2,38   1,77%
  • IDXQ30 152   3,03   2,03%

Harga komoditas energi terkoreksi akibat intervensi AS dan China


Senin, 08 November 2021 / 20:02 WIB
Harga komoditas energi terkoreksi akibat intervensi AS dan China
ILUSTRASI. Harga minyak bumi. REUTERS/Jonathan Alcorn


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga komoditas energi berpotensi menurun hingga akhir tahun. Berbagai intervensi dari negara produksi komoditas mulai menekan kenaikan harga komoditas energi. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (5/11), harga batubara di ICE Newcastle kontrak Januari 2022 naik 86,77% secara year to date (ytd). Kenaikan ini menurun karena pada akhir September kenaikan harga batubara sempat menyentuh lebih dari 100% ytd. 

Sementara, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di pasar Nymex hingga Jumat (5/11) masih tercatat naik 71,02% ytd ke US$ 82,11 per barel. Begitupun, harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange naik 70,68% ytd ke RM 4.880.  

Sementara, harga gas alam kontrak Desember 2021 di Nymex naik 103,53% ytd ke US$ 5,57 per  juta british thermal unit (mmbtu). Namun, sejatinya di pertengahan Oktober kenaikan harga gas alam sempat naik 120% ytd. 

Baca Juga: Harga batubara acuan melonjak sampai 33%, begini prospek saham emiten batubara

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono  mengatakan kenaikan harga batubara dan gas alam mulai menurun karena harga sebelumnya sudah naik signifikan. Sehingga, wajar bila terjadi koreksi harga. "Kenaikan harga sudah over, bahkan rekor koreksi secara teknikal wajar," kata Wahyu. 

Namun, secara fundamental harga komoditas berpotensi terkoreksi karena intervensi China yang masif demi ekonomi mereka stabil. Wahyu mengatakan pasar komoditas di China akan mereka intervensi. Sementara, penurunan harga komoditas di China memiliki efek ke pasar komoditas global. Harga minyak acuan juga berpotensi lebih rendah.  

Senada, hingga akhir tahun, Ibrahim Assuabi, Direktur TRFX Garuda Berjangka memproyeksikan harga komoditas energi berpotensi melemah. Sentimen yang menekan harga komoditas datang dari AS dan China yang tidak setuju bila harga komoditas terus melambung.

Alhasil, AS dan China melakukan intervensi terhadap kenaikan harga komoditas. Salah satunya dengan menaikkan produksi.  "Kenaikan harga komoditas yang terlalu tinggi berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi akibat pandemi," kata Ibrahim. 

Baca Juga: Harga Batubara Acuan (HBA) capai rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir

Mendekati musim dingin di akhir tahun, Ibrahim mengatakan salah satu langkah intervensi AS adalah dengan menaikkan produksi minyak. Ibrahim mengatakan tujuan AS memang untuk menstabilkan harga minyak. Ketika harga minyak menurun, maka harga komoditas lain akan turut menurun. 

Sementara untuk tahun depan, Ibrahim memproyeksikan harga komoditas berpotensi akan menurun. "Saat pandemi mereda dan aktivitas ekonomi kembali stabil, harga komoditas akan sendirinya menurun di tahun depan," kata Ibrahim.

Selanjutnya: Harga minyak menguat setelah OPEC+ melanjutkan rencana penambahan produksi bertahap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×