kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.860   20,00   0,13%
  • IDX 7.317   121,56   1,69%
  • KOMPAS100 1.125   20,03   1,81%
  • LQ45 895   18,29   2,09%
  • ISSI 223   2,41   1,09%
  • IDX30 458   9,46   2,11%
  • IDXHIDIV20 552   12,38   2,29%
  • IDX80 129   2,06   1,62%
  • IDXV30 137   2,42   1,80%
  • IDXQ30 153   3,42   2,30%

Harga komoditas energi berpotensi lanjut menguat pada 2022, ini sentimennya


Senin, 08 November 2021 / 20:11 WIB
Harga komoditas energi berpotensi lanjut menguat pada 2022, ini sentimennya
ILUSTRASI. Aktifitas pekerja dengan Bulldozer di gudang terbuka penyimpanan sementara batubara di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga komoditas berpotensi mulai terkoreksi hingga akhir tahun ini. Namun, pada tahun 2022 harga komoditas akan tetap berada di level tinggi, tidak lantas berbalik anjlok. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (5/11), harga batubara di ICE Newcastle kontrak Januari 2022 naik 86,77% secara year to date (ytd). Kenaikan ini mulai melandai karena pada akhir September kenaikan harga batubara sempat menyentuh lebih dari 100% ytd. 

Sementara, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di pasar Nymex hingga Jumat (5/11) masih tercatat naik 71,02% ytd ke US$ 82,11 per barel. Begitupun, harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange naik 70,68% ytd ke RM 4.880.  

Sementara, harga gas alam kontrak Desember 2021 di Nymex naik 103,53% ytd ke US$ 5,57 per  juta British thermal unit (mmbtu). Namun, sejatinya di pertengahan Oktober kenaikan harga gas alam sempat naik 120% ytd. 

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan meski harga komoditas energi kenaikannya mulai terbatas karena intervensi berbagai negara, di 2022 harga komoditas energi berpotensi tetap di level tinggi. 

Baca Juga: Harga komoditas energi terkoreksi akibat intervensi AS dan China

"Saat ini trennya memang sedang terkoreksi tapi bukan reversal bearish atawa berbalik melemah," kata Wahyu, Senin (8/11). 

Wahyu memproyeksikan harga komoditas global akan tetap tinggi sehingga pelonggaran apapun mungkin hanya menawarkan kelonggaran harga sementara bagi bank sentral yang resah tentang inflasi. 

Di satu sisi, Wahyu mengatakan pasar komoditas global pasca pandemi masih akan mengalami masalah rantai pasokan. Bahkan The Fed mengatakan tidak bisa mengatasi masalah pasokan suplai tersebut. 

Jerome Powell, Gubernur The Fed sempat mengatakan pulihnya rantai pasokan komoditas menjadi normal sangatlah tidak pasti. Ia bahkan mengatakan sulit mengukur kapan kendala rantai pasokan bisa teratasi dengan sendirinya.

Sementara, permintaan terus meningkat. "Anggaplah global ekonomi puasa energi tetapi mau sampai kapan? Jika pasar kembali dibuka harga justru berpotensi makin mahal, harga komoditas masih diantisipasi naik, harga minyak masih terancam terbang dengan Arab Saudi yang tidak mau potong produksi," kata Wahyu. 

Alhasil, Wahyu menyimpulkan koreksi harga komoditas saat ini wajar terjadi karena harga sudah naik tinggi. Sementara, di tahun depan harga komoditas berpotensi tetap naik. 

Selanjutnya: Harga Batubara Acuan (HBA) capai rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×