kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga gas industri turun, jangan buru-buru pasang posisi pada saham baja dan keramik


Jumat, 17 April 2020 / 20:41 WIB
Harga gas industri turun, jangan buru-buru pasang posisi pada saham baja dan keramik
ILUSTRASI. Penurunan harga gas industri menjadi US$ 6 per million british thermal units (mmbtu) jadi angin segar tujuh sektor.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga gas menjadi US$ 6 per million british thermal units (mmbtu) yang dilakukan oleh pemerintah dipercaya bakal menjadi angin segar bagi emiten yang bergelut di sektor pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, hingga sarung tangan karet.

Meski sudah diberi keringanan, analis menilai prospek emiten yang bergerak di tujuh sektor tersebut masih diselimuti awan mendung. Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, sektor baja, kaca, hingga keramik misalnya, saat ini sedang mengalami perlambatan aktivitas industri. Sebab, ketiga industri ini sangat erat kaitannya dengan sektor properti yang saat ini sedang lesu.

“Tentu pemakaian berdasarkan projects juga berkurang jauh. Yang mungkin dilakukan adalah hanya menjaga level inventory produk yang diproyeksikan akan terpakai. Tentunya juga akan disesuaikan dengan kemampuan daya tampung warehouse dan cashflow perusahaan,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Jumat (17/4).

Baca Juga: Analis: Penurunan harga gas industri bisa meningkatkan margin emiten

Aria menilai, manfaat dari penurunan harga gas industri ini akan lebih terasa ketika Covid-19 telah usai dan aktivitas bisnis telah kembali normal.

Senada, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai prospek emiten-emiten tersebut untuk tahun ini kurang begitu cerah. Terlebih, emiten-emiten yang berkaitan dengan sektor properti. “Seperti keramik, dengan kondisi properti yang sedang lesu juga mempengaruhi permintaan keramik secara tidak langsung,” terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (17/4).

Dus, Sukarno memberi rekomendasi wait and see untuk emiten-emiten sektor tersebut. Dia juga menyarankan investor untuk memantau arah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelum masuk ke saham-saham ini.

Baca Juga: Harga gas industri resmi turun, ini kata Dirut Krakatau Steel (KRAS) Silmy Karim

Aria juga belum memberi rekomendasi terhadap saham emiten yang bergerak di industri kaca, baja, pupuk, hingga petrokimia. “Karena selama ini kinerja emiten juga masih perlu ditunjang dengan efisiensi biaya yang lebih baik. Kita menunggu antara harga saham yang lebih rendah atau kinerja emiten yang lebih baik,” tutup Aria.

Melansir data RTI, pergerakan saham emiten yang bergerak di industri baja, kaca, hingga petrokimia memang belum prima. Saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) misalnya, harga saham emiten baja ini anjlok 44,08% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd).

Harga saham emiten petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) merosot 23,86% secara ytd. Saham PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) juga mengalami hal yang sama. Saham emiten kaca ini terkoreksi 23,57% sejak awal tahun.

Sementara saham emiten produsen keramik, PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) turun 15,14% sejak awal tahun.

Baca Juga: Harga gas turun Mark Dynamics (MARK) bisa hemat bahan bakar gas hingga 4%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×