Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas gas alam turun di awal tahun 2023. Senin (20/2) pukul 17.03 WIB, harga gas alam berada di US$ 2,22 per mmbtu. Harga gas alam turun 31,83% dalam sebulan terakhir dan terkoreksi 50,43% YoY.
Founder Traderindo Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, gas alam menjadi komoditas energi yang mengalami penurunan harga paling buruk di awal tahun 2023. Menurut Wahyu, penurunan harga gas alam pada awal tahun 2023 disebabkan oleh musim dingin di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang lebih hangat dari perkiraan.
Sehingga, kebutuhan gas alam untuk pemanas menjadi berkurang. Selain itu, harga gas alam AS jauh lebih murah daripada di Eropa berkat melonjaknya pasokan shale gas pada tahun 2021.
“Permintaan gas alam juga merosot dalam beberapa hari terakhir, karena prediksi cuaca dingin yang seharusnya terjadi di musim dingin ini, tetapi cuacanya justru lebih hangat,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Senin (20/2).
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Turun di Awal 2023, Intip Arah Harga Selanjutnya
Wahyu mengatakan, gas alam juga mengalami kelebihan pasokan. Gas alam hanya dilihat sebagai material sampingan dalam proses penambangan minyak bumi. Tapi, penambang cenderung tak menjual kembali gas alam sebagai produk hasil tambang. Para penambang, kata Wahyu, cenderung membayar pihak ketiga untuk mengambil gas alam.
“Artinya, dari sisi produksi, gas alam sudah mengalami harga yang negatif,” ungkap dia.
Menurut Wahyu, gas alam memiliki harga yang paling fluktuatif dibandingkan harga komoditas yang lainnya. Dia memperkirakan, harga gas alam sepanjang tahun 2023 akan berada di kisaran US$ 1,5 per mmbtu–US$ 6 per mmbtu.
“Harga gas alam memang bisa bergerak sangat dramatis. Volatilitas harga gas alam bisa mencapai 60%. Resistance di US$ 6 per mmbtu bisa terjadi di akhir tahun 2023,” papar dia.
Baca Juga: Harga komoditas Energi Dalam Tren Bearish, Bagaimana Prospek Sahamnya?
Hal serupa disampaikan oleh Research & Development ICDX Girta Yoga. Girta menyebutkan, harga gas alam turun akibat permintaan bahan bakar di Eropa yang minim akibat musim dingin tahun 2022 yang jauh lebih hangat dibandingkan perkiraan.
Namun, kata Girta, harga gas alam masih bisa mengalami kenaikan, mengingat Eropa masih menunjukkan sinyal untuk beralih ke gas alam sebagai alternatif pengganti batubara. Girta menuturkan, komoditas gas alam berpotensi menemui level resistance di kisaran harga US$ 3,50 per mmbtu-US$ 4,50 per mmbtu.
“Apabila mendapat katalis negatif, maka harga gas alam berpotensi turun menuju level support di kisaran harga US$ 1,75 per mmbtu-US$ 1,25 per mmbtu,” tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News