kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.514   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.761   25,89   0,33%
  • KOMPAS100 1.207   4,86   0,40%
  • LQ45 964   5,17   0,54%
  • ISSI 233   0,32   0,14%
  • IDX30 495   2,78   0,56%
  • IDXHIDIV20 594   3,64   0,62%
  • IDX80 137   0,57   0,42%
  • IDXV30 143   0,37   0,26%
  • IDXQ30 165   0,90   0,55%

Harga Gas Alam Masih Tertekan, Simak Proyeksinya Hingga Akhir Tahun


Jumat, 25 Agustus 2023 / 19:47 WIB
Harga Gas Alam Masih Tertekan, Simak Proyeksinya Hingga Akhir Tahun
ILUSTRASI. harga gas alam kembali turun dan berada di level US$ 2,51 per MMBtu pada Jumat (25/8)


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat menguat, harga gas alam kembali melemah. Pada pukul 19.10 WIB harga gas alam turun 0,34% ke US$ 2,51 per MMBtu.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan tren harga gas alam memang masih tertekan sejak Rusia memangkas aliran gas melalui Jalur Nord. Setelah pemangkasan itu, negara Eropa membeli gas alam dari Timur Tengah, Asia dan Afrika yang mengakibatkan saat masuk musim dingin, Eropa sudah memenuhi kuotanya.

"Alhasil harganya tertekan karena cadangan gas alam yang cukup besar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/8).

Ibrahim memperkirakan tekanan harga gas alam masih akan berlanjut seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, Bank Sentral mengindikasikan masih akan meningkatkan suku bunga di 2024 dan jikalau ditahan, suku bunga dinilai masih di level yang tinggi.

"Sehingga membuat dolar AS menguat dan berdampak ke harga komoditas yang berbasis dolar AS," sambungnya.

Baca Juga: Harga Logam Industri Turun, Ini Dampaknya ke Kinerja Emiten

Meski begitu, jelang musim dingin di akhir tahun Ibrahim memproyeksikan harga gas alam berpotensi menguat sembari menantikan momentumnya. Ia mengatakan, harga batubara pasca Tiongkok dan India mengalami banjir bandang harganya naik terus.

Menurutnya, hal itu berarti saat harga batubara terus naik kemungkinan besar investor akan beralih ke gas alam yang harganya relatif lebih murah sehingga bisa mendorong kenaikannya.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengamati, meskipun memasuki musim dingin tekanan terhadap harga gas alam tidak akan langsung mereda lantaran musim dingin yang lebih hangat. Di sisi lain, aktivitas pembelian Asia telah diredam dalam beberapa pekan terakhir sekitar liburan Tahun Baru Imlek di China.

"Serta harga untuk pengiriman ke Asia utara merosot ke level terendah sejak September 2021," jelasnya.

Ia juga memaparkan, data dari S&P Global Commodity Insight mencatat total konsumsi gas alam AS turun 0,3% menjadi 0,2 Bcf/d. Sementara itu gas alam yang dikonsumsi untuk pembangkit listrik berkurang 1% ke 0,5 Bcf/d minggu ke minggu.

Baca Juga: Serap Gas Untuk Domestik, Pemerintah Dorong Hilirisasi Gas

Konsumsi sektor industri juga menurun sebesar 0,4% ke 0,1 Bcf/d dan konsumsi sektor perumahan dan komersial meningkat sebesar 3,9% ke 0,3 Bcf/d. Pengiriman gas alam ke fasilitas ekspor LNG AS (penerimaan pipa LNG) rata-rata 11,9 Bcf/d, atau 0,3 Bcf/d lebih rendah dari pekan lalu.

Oleh sebab itu, Wahyu memperkirakan harga gas alam di akhir tahun berkisar US$ 1,3 - US$ 7,6 per MMBtu dan pada kuartal III ini dalam rentang US$ 1,7 - US$ 4,3 per MMBtu. Sementara Ibrahim memperkirakan harga gas alam pada rentang US$ 2,5 - US$ 4 per MMBtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×