Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas bertahan stabil di dekat level tertinggi dalam dua minggu pada hari ini. Sentimen positif bagi si kuning datang setelah dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah dan Federal Reserve kembali menegaskan akan mempertahankan suku bunga rendah yang akhirnya menjaga permintaan terhadap komoditas logam mulia tetap solid.
Mengutip Reuters, Selasa (1/9) pukul 08.00 WIB, harga emas spot sedikit berubah menjadi US$ 1.968,98 per ons troi. Sebelumnya, harga si kuning sempat mencapai level tertinggi sejak 19 Agustus di US$ 1.976,14 per ons troi.
Smeentara itu, harga emas berjangka kontrak pengiriman Desember 2020 turun 0,1% menjadi US$ 1.975,80 per ons troi.
Baca Juga: Harga minyak mentah melemah terseret produksi minyak AS yang naik
Sokongan utama bagi pergerakan harga emas datang setelah indeks dolar AS kembali turun dan bertahan di level terendah dalam dua tahun. Ini membuat emas yang diperdagangkan dalam the greenback menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Selain itu, pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyebut akan ada perubahan kebijakan akomodatif yang diyakini bisa mengakibatkan inflasi bergerak sedikit lebih tinggi dan suku bunga
lebih rendah lebih lama.
Kemarin, Wakil Ketua Fed Richard Clarida menambahkan, bahwa komentar di bawah bank sentral AS akan pandangan kebijakan baru, serta rendahnya angka pengangguran tidak dengan sendirinya memicu suku bunga yang lebih tinggi.
Ini semakin menegaskan bahwa suku bunga rendah akan bertahan lama. Dengan kecenderungan tersebut, harga emas diuntungkan.
Sementara itu, bursa saham di Asia kembali koreksi menyusul penutupan Wall Street yang juga melemah pada perdagangan Senin (31/8).
Pandemi virus corona yang masih terjadi di sejumlah negara juga turut menjadi penyokong emas. Menurut perhitungan Reuters, kini sudah lebih dari 25,38 juta orang dilaporkan terinfeksi oleh virus corona secara global dan 847.287 orang yang terinfeksi meninggal.
Baca Juga: Bursa Asia memerah terseret koreksi Wall Street pada Selasa (1/9)
Terbaru, infeksi virus corona di AS tembus 6 juta kasus dan India pun menggeser Meksiko untuk menjadi negara dengan jumlah kematian akibat virus corona terbesar ketiga di dunia, di bawah AS dan Brasil.
Kini, pelaku pasar sekarang menunggu rilis data manufaktur China serta keputusan suku bunga dari Bank sentral Australia. Sementara itu, aktivitas pabrik di Jepang melaju paling lambat dalam enam bulan di bulan Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News