Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas naik lebih dari 1% ke level tertinggi dalam seminggu karena dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Namun, pelaku pasar tetap fokus pada strategi suku bunga Federal Reserve.
Selasa (20/12), harga emas spot ditutup menguat 1,7% ke US$ 1.817,94 per ons troi. Sementara, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Februari 2023 ditutup naik 1,5% ke US$ 1.825,4 per ons troi.
Pada sesi tersebut, yen Jepang melonjak ke level tertinggi dalam empat bulan terhadap dolar AS setelah Bank of Japan (BoJ) mengejutkan pasar dengan memutuskan untuk meninjau kembali kebijakan kontrol kurva hasil.
"Data perumahan yang lebih lemah menyebabkan pembelian yang aman di logam mulia, yang bersama dengan keputusan dari Bank of Japan, adalah "badai sempurna" pada pagi ini," kata Bob Haberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures.
Baca Juga: Harga Emas Spot ke US$1.785,98 di Tengah Kekhawatiran Suku Bunga
Harga emas telah turun lebih dari US$ 260 per ons troi sejak puncaknya di bulan Maret, karena bank sentral meningkatkan upaya untuk melawan lonjakan inflasi, tetapi menikmati kuartal terbaiknya sejak awal 2020, setelah naik 9,4% sejauh ini.
Ketua The Fed Jerome Powell di pekan lalu mengatakan, bank sentral AS akan memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun depan bahkan ketika ekonomi tergelincir menuju kemungkinan resesi.
"Saya melihat bahwa itu akan menjadi bayangan gelap di pasar emas, tapi saya masih berpikir kita sedang menuju ke atas," kata Jeffrey Sica, Chief Executive Officer dari Circle Squared Alternative Investments, mengacu pada prospek kelanjutan The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak berbunga.
Konsumen utama emas batangan China bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19, dan Bank Dunia memangkas prospek pertumbuhannya untuk tahun ini dan tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News