Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Reli harga emas dan feronikel bakal menopang kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepanjang tahun. Apalagi, per akhir Juni 2010, ANTM sudah berhasil memproduksi sekitar 1,5 ton emas. Padahal, target produksi tahun ini hanya 2,6 ton.
Perusahaan pelat merah itu pun tak gampang puas. Mereka berniat melakukan ekspansi, misalnya, menggarap proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan, Smelter Grade Alumina (SGA) Mempawah, PLTU Pomala, dan FeNi 4 Halmahera. "Kami berharap, proyek-proyek itu sudah bisa beroperasi 2014," patok Bimo Budi Satrio, Sekretaris Perusahaan ANTM, Selasa (10/8).
Bimo mengklaim, kinerja ANTM di paruh pertama 2010 mencatatkan pertumbuhan ketimbang hasil di semester I-2009. "Secara umum kinerja naik. Nanti kami paparkan akhir bulan ini," janji dia.
Tapi, Analis Sucorinvest Central Gani Andre Kohar bilang, ANTM harus mengatasi tantangan, yakni cadangan bijih nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara, hampir habis.
Alhasil, perusahaan ini harus mendatangkan bijih nikel dari tambang di Maluku Utara. "Ini akan menaikkan biaya transportasi," jelas Andre.
Sayang, ia belum bisa menghitung detailnya. Tahun lalu, biaya transportasi ANTM hanya 0,78% dari total biaya pokok penjualan.
Andre menambahkan, penjualan ANTM tahun ini akan sedikit menurun lantaran cadangan yang menipis. "Tapi kinerjanya akan tertopang kenaikan harga emas dan feronikel," ujarnya.
Kontribusi Cibaliung
Pasar menduga, harga emas akan mencapai US$ 1.250 per ons troi hingga akhir 2010. Kemarin, harga emas di pasar spot menyentuh US$ 1.192 per ons troi. "Dengan kenaikan harga, penjualan ANTM 2010 akan sebesar Rp 8,21 triliun, dengan laba bersih Rp 1,37 triliun," ramal Andre.
Analis Indopremier Securities Jundianto Alim menimpali, ANTM mulai mendapat kontribusi dari tambang di Cibaliung, Pandeglang, Provinsi Banten. Awal semester II 2010 lalu, tambang ini sudah mulai beroperasi.
Produksi emas Cibaliung diperkirakan mencapai 60 kg per bulan. ANTM mematok bisa menambang emas sebanyak 500 kg dari Cibaliung, selama setahun. "Tambang ini bisa menolong kinerja ANTM," jelas Jundianto.
Ia memperkirakan, dengan tambahan tambang baru, total pendapatan ANTM tahun ini bisa mencapai Rp 8,37 triliun. Adapun, laba bersihnya sekitar Rp 1,21 triliun.
Bagus Hananto, Analis NISP Sekuritas, mengatakan, harga nikel dan emas yang naik menjadi faktor pendorong yang kuat terhadap kenaikan kinerja ANTM di semester II. "Kontribusi emas mencapai 17,8% dari pendapatan yang ada," ujarnya.
Ia memprediksi, pendapatan ANTM tahun ini akan sebesar Rp 8,71 triliun dengan laba bersih Rp 604,3 miliar. Pada 2009, ANTM mencatat pendapatan sebesar Rp 8,64 triliun, turun 9,84% dari tahun 2008 sebesar Rp 9,59 triliun.
Sayang, menurut Andre, saham ANTM saat ini sudah terlalu mahal. Jadi, ia merekomendasikan jual. "Harga berpotensi jatuh ke Rp 1.600 per saham," katanya.
Sedangkan Jundianto merekomendasikan beli dengan target harga Rp 2.600 per saham. Bagus juga merekomendasikan beli. "Target, Rp 2.850 per saham," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News