Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas naik tipis pada perdagangan Rabu (15/7) pagi, tetap berada di atas level US$ 1.800 per ons troi. Kekhawatiran atas melonjaknya kasus virus corona dan mendidih hubungan China-Amerika Serikat (AS) mengangkat permintaan logam safe-haven ini.
Melansir Reuters pukul 07.56 WIB, harga emas spot naik 0,1% pada US$ 1.809,41 per ons troi. Emas berjangka AS stabil di $ 1.813.70.
Kasus virus corona terus meningkat di AS. Dengan lebih dari 3,3 juta kasus, salah satu tingkat kasus per kapita tertinggi di dunia.
Banyak negara bagian AS untuk sementara menghentikan pembukaan kembali ekonominya untuk mengurangi wabah, yang telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia sejauh ini.
Baca Juga: Harga emas masih di atas level US$ 1.800, virus corona masih penopangnya
Pejabat Federal Reserve pada hari Selasa memperingatkan ekonomi AS menghadapi pemulihan yang lebih lama dari pandemi dan rasa sakit terhadap ekonomi masih dapat memburuk ketika kasus corona meningkat.
Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang dan perintah eksekutif untuk meminta Tiongkok "bertanggung jawab" atas undang-undang keamanan nasional yang diberlakukannya terhadap Hong Kong.
Trump juga menutup pintu pada perundingan dagang "Fase 2" dengan China, dengan mengatakan dia tidak ingin berbicara dengan Beijing tentang perdagangan karena pandemi corona.
Bank of Japan diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan moneternya pada pertemuan hari ini. Tetapi investor akan mengukur proyeksi ekonominya dan setiap jaminan stimulus tambahan jika diperlukan.
Baca Juga: Ekonomi China mulai membaik, harga tembaga sentuh level tertinggi
Asal tahu, harga emas cenderung mendapat manfaat dari langkah-langkah stimulus dari bank sentral karena dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Di sisi lain, harga palladium naik 0,6% menjadi US$ 1.971,49 per ons troi, platinum naik 0,6% menjadi US$ 831,03 dan perak naik 0,3% menjadi US$ 19,26.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News