Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas dunia mengalami koreksi dalam 10 hari terakhir, diikuti harga emas logam mulia Antam yang ikut turun. Namun, penguatan rupiah beberapa hari terakhir berhasil menopang harga emas Antam tak jatuh terlalu dalam.
Sejak pengumuman kebijakan tarif Trump pada awal April lalu, emas spot dunia kerap mencetak level all time high (ATH) baru. Terakhir, pada 22 April, Trading Economics mencatat ATH emas spot di level US$ 3.494 per ons troi.
Namun setelah rekor itu, harga emas spot malah cenderung melemah. Per Jumat (2/5) pukul 16.48 WIB, harganya berada di level US$ 3.258. Meski secara harian menguat 0,66%, dalam seminggu angka ini menunjukkan pelemahan hingga 1,5%.
Pola yang sama juga terlihat pada emas logam mulia Antam. Pada 22 April, emas Antam juga mencapai harga tertingginya di level Rp 2.039.000 per gram. Namun per Jumat (2/5) hari ini, emas Antam sudah berada di level Rp 1.912.000 per gram, turun hingga 2,7% dalam sepekan.
Menurut pengamat Ibrahim Assuaibi, meski menurun, harga emas Antam yang belum keluar dari rentang Rp 1,9 juta itu terhitung stabil. Katanya, itu terjadi karena rupiah yang cenderung menguat dalam sepekan terakhir.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Turun, Investor Ambil Untung?
“Permintaan logam mulia emas masih kuat dari dalam negeri, seiring rupiah yang sejak kemarin juga menguat,” sebut Ibrahim kepada Kontan, Jumat (2/5).
Untuk diketahui, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI), rupiah dalam sepekan terakhir mengalami penguatan sebesar 2,2%. Kata Ibrahim, ini salah satunya didorong pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang indeksnya kembali menyentuh 99 bp.
Selanjutnya, peluang penguatan bagi rupiah juga masih terbuka hingga tengah tahun karena dolar AS berpotensi kembali melemah. Jadi, sejalan dengan itu, harga emas Antam juga masih berpotensi bullish.
“Dengan kondisi ekonominya, salah satunya data PDB yang kontraksi, ada kemungkinan bank sentral Amerika akan menurunkan suku bunga di atas 1% dalam tahun ini dan mendorong pelemahan dolar,” papar Ibrahim
Lagipula, emas spot juga masih berpotensi menguat hingga akhir tahun nanti. Research & Development PT Trijaya Pratama Futures Alwy Assegaf bilang bahwa koreksi harga emas spot saat ini hanya momentum anti klimaks sementara.
“Minggu kemarin itu memang klimaksnya isu tarif, saat China dan AS saling balas-membalas. Ditambah isu-isu ketegangan Gedung Putih dan The Fed. Dalam 10 hari terakhir, ketegangan mulai mereda dan aset-aset safe haven mulai ditinggalkan,” papar Alwy kepada Kontan, Jumat (2/5).
Dus, kata Alwy, investor mulai kembali ke aset-aset berisiko seperti saham dan kripto mumpung situasi cukup stabil.
Namun, Alwy menilai ketegangan global hanya mereda, bukan serta-merta hilang. Ketika masa penundaan tarif berakhir di tengah tahun nanti, ada potensi emas spot mencapai level tertinggi di rentang US$ 3.500 per ons troi.
Sejalan, Ibrahim memproyeksi harga emas Antam akan kembali ke rentang Rp 2.000.000 pada tengah tahun nanti.
Baca Juga: Masih Dibayangi Depresiasi Rupiah, Inflasi Akhir 2025 Diperkirakan Naik Jadi 2,33%
Selanjutnya: Hasil SNLIK 2025: Indeks Literasi Keuangan 66,46% dan Inklusi Keuangan 80,51%
Menarik Dibaca: Prodia (PRDA) Bagikan Dividen Rp 172 per saham, Yield Hampir 6,5%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News