kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga emas diramal sentuh US$ 1.400 per ons troi pada 2019


Senin, 04 Juni 2018 / 12:02 WIB
Harga emas diramal sentuh US$ 1.400 per ons troi pada 2019
ILUSTRASI. Harga emas


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas emas sudah memasuki koreksi dua bulan berturut-turut. Namun, komoditas logam mulia ini diramal akan terhindar dari koreksi dan naik tahun depan karena pelemahan dollar AS.

Bart Melek, Kepala strategi komoditas global di TD Securities, memperkirakan, harga emas mulai rebound pada kuartal terakhir tahun ini menjadi rata-rata US$ 1.375 per ons troi. Bahkan, emas bisa menyentuh level terkuat US$ 1.400 per ons troi dalam tiga bulan terakhir pada 2019.

Sebagai gambaran, harga emas pengiriman Agustus 2018 di Comex-AS turun 0,17% menjadi US$ 1.297 per ons troi pada Senin (4/6) pukul 10.54 WIB.

Menurut Bart, dibebani fluktuasi dollar AS, harga emas sudah turun sebesar 5% sejal 11 April lalu. Penurunan harga si kuning ini mengabaikan faktor kekacauan politik di Italia dan ketidakpastian seputar isu perang dagang global.

Dalam waktu dekat, tidak ada banyak alasan yang bisa mendorong kenaikan harga emas, karena dollar AS terus menguat. Maklum, bank sentral AS alias The Federal Reserves diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada tahun ini.

"Namun, seiring berjalannya waktu, akan semakin sedikit alasan untuk membeli dollar AS, yang kemungkinan membalikkan arahnya," kata Melek dilansir dari Bloomberg, Senin (4/6). Secara keseluruhan, tingkat suku bunga diperkirakan akan tetap rendah. The Fed hanya akan mengerek bunga sebanyak dua atau tiga kali tahun depan, sebelum mengakhiri siklus pengetatan. Apalagi, pasar saham dibayangi risiko geopolitik.  

Kata Melek, itu sebabnya pada tahun depan, dollar AS diproyeksikan melemah, sehingga bisa menjadi bahan bakar yang sangat kuat untuk mengangkat harga emas. Apalagi, kecenderungan penurunan pasokan dari tambang, akan mendorong pembelian emas.

General manager global ABC Bullion di Sydney, Nicholas Frappell punya pandangan serupa. Menurutnya, dalam jangka pendek, dollar AS yang lebih kuat masih menjadi angin sakal dan menyulitkan laju harga emas. Tapi, emas akan mengakhiri tahun dengan cukup kuat.

"Ke depan, kondisi pasar emas terlihat lebih positif karena reli dollar AS melambat dan faktor fiskal mulai mengikis kekuatan dollar, katanya seperti dikutip Bloomberg, Senin. Siklus pengetatan moneter AS kemungkinan akan berakhir pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×