Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga emas hingga akhir tahun diprediksi bakal terus melaju naik. Hal ini sejalan dengan masih banyaknya tekanan pada kondisi ekonomi global dan perkembangan geopolitik di beberapa negara.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (28/11) harga emas global untuk pengiriman Februari 2020 di Commodity Exchange (Comex) ada di level US$ 1.463,40 per ons troi pukul 16:33 WIB atau naik 0,18%.
Baca Juga: Amerika-China saling ancam, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Analis PT. Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengungkapkan, keraguan pasar akan kesepakatan dagang antara AS-China kembali muncul setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani UU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. Kondisi tersebut, membuat pergerakan logam mulia khususnya emas berupaya untuk menanjak.
Trump menandatangani UU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi menjadi pemicu aksi unjuk rasa di Hong Kong. Pihak Gedung Putih mengungkapkan bahwa Trump telah menandatangani rancangan undang-undang (RUU) terkait Hong Kong untuk menjadi UU pada Rabu (27/11) waktu setempat.
Dengan dilakukannya penandatanganan legislasi itu semakin memperumit pembicaraan AS-China. Situasi ini memicu kekhawatiran bahwa upaya untuk mengakhiri sengketa perdagangan jangka panjang antara AS dan China bisa menjadi lebih rumit.
"Nampaknya logam mulia emas tetap berusaha naik dari posisi terendah selama dua minggu terakhir pada hari Selasa (26/11)," jelas Sakti kepada Kontan, Kamis (28/11).
Baca Juga: Trump dukung aksi demonstrasi Hong Kong, bursa China terkulai
Sementara itu, Kementerian Perdagangan China mengatakan Wakil Perdana Menteri Liu He kembali melakukan pembicaraan lewat telepon dengan perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Hal yang dibahas masih terkait masalah kesepakatan perdagangan tahap-satu.
Berkaca dari kondisi tersebut, Sakti menilai ke depan sentimen penggerak pasar emas masih terkait dengan kesepakatan dagang antara AS-China. Di mana pertimbangan para investor mengacu pada perkembangan kesepakatan dagang AS-China.