Reporter: Sandy Baskoro, Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Edy Can
JAKARTA. Krisis Eropa memoles kilau harga logam mulia. Harga emas di New York Mercantile Exchange, Rabu (13/7), sempat menyentuh US$ 1.577,40 per ons troi. Ini merupakan posisi terkuat emas sepanjang sejarah.
Reli harga emas ini sudah memasuki hari kedelapan berturut-turut. Ini nyaris menyamai laju harga emas pada 25 April lalu yang menguat sembilan hari berturut-turut.
Spekulasi meluasnya krisis utang Eropa menjadi bahan bakar utama reli emas. Kabar terakhir, Irlandia adalah negara ketiga setelah Yunani dan Portugal, yang peringkat utangnya terpangkas akibat kesulitan finansial.
Moody’s Investors Service memangkas peringkat Irlandia menjadi Ba1 dari sebelumnya Baa3. Alasannya, Irlandia bakal membutuhkan tambahan dana talangan pada tahun ini. Di saat yang sama, pemegang obligasi Irlandia berpotensi merugi lantaran pemerintah negara itu tak mampu membayar utangnya.
Di luar krisis Eropa, pergerakan harga emas akan ditentukan kebijakan Amerika Serikat. Investor terus mencermati pembicaraan tentang batas pinjaman AS.
Pembahasan itu diharapkan rampung pada 2 Agustus. "Jika Kongres menyetujui batas utang US$ 20,3 triliun, dollar AS akan bertambah di pasar sehingga menyokong harga emas," kata Ibrahim, Analis Senior Harvest International Futures kepada KONTAN, kemarin.
Di sisi lain, ada spekulasi kemungkinan Bank Sentral AS menggulirkan kebijakan Quantitative Easing tahap III (QE III). "AS mungkin menunggu tiga sampai empat bulan lagi, dengan melihat perkembangan makro negara itu," prediksi Nizar Hilmy, Analis Harumdana Berjangka.
Secara fundamental, minat membeli emas warga dunia tak kunjung surut. Ambil contoh permintaan emas di India yang mencapai rekor tertingginya, 963,1 ton di tahun lalu. Mengacu data World Gold Council, permintaan emas India di bulan Mei tahun ini tumbuh 10% year-on-year.
Permintaan emas India mungkin meningkat menjadi lebih dari 1.200 ton pada 2020. Prediksi ini dipicu pertumbuhan ekonomi di negara itu sehingga mendorong daya beli masyarakat.
Para analis menebak, harga emas akan terus melaju sampai akhir bulan ini. Apalagi, otoritas Uni Eropa sepertinya membiarkan sebagian surat utang Yunani berstatus gagal bayar alias default.
Ibrahim optimistis harga emas pada minggu depan bisa menembus level US$ 1.580 per ons troi. Harga logam mulia ini diprediksi terus menanjak dan menyentuh US$ 1.600 di akhir Juli ini.
Edel Tuly, Analis UBS AG, juga mengerek proyeksi harga emas untuk rencana sebulan pada posisi US$ 1.575 per ons troi. Sedangkan untuk prediksi harga tiga bulanan, Edel masih mempertahankan logam mulia tersebut di level US$ 1.600 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News