Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) di level 9,1% pada Juni 2022 meningkatkan potensi Federal Reserve bakal mengerek suku bunga. Di tengah inflasi tinggi, emas bisa jadi safe haven yang akan mendorong permintaan.
Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim mencermati tingginya inflasi ini seiringan dengan kekhawatiran akan pelemahan ekonomi menekan harga emas yang sudah terkoreksi 16% sejak level tertingginya di US$ 2.050 per ons troi pada Maret 2022.
"Pelemahan ini dapat menjadi momentum rebound untuk emas menjelang FOMC, hal ini dapat terlihat pada bulan Juli ini harga emas yang sudah mulai pulih," kata Lukman kepada Kontan, Senin (25/7).
Baca Juga: Lonjakan Harga Saham Bumi Resources (BUMI) Disertai Isu Kehadiran Grup Salim
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot turun 0,10% ke level US$ 1,727 per ons troi pada Selasa (26/7). Lukman menilai pelaku pasar mulai mencari instrumen investasi yang lebih aman salah satunya dengan pembelian emas seperti yang telah terjadi pada kuartal pertama 2022 saat permintaan untuk emas fisik naik 34% secara tahunan.
Menurut dia, dengan kenaikan permintaan ini bisa mempengaruhi kinerja emiten tambang emas seiringan dengan kenaikan average selling price (ASP) atau rata-rata harga jual.
"Selain itu, krisis geopolitik yang terjadi saat ini serta di tengah inflasi pembelian emas oleh bank sentral dapat menjadi sentimen positif untuk permintaan emas," ucap dia.
Baca Juga: Simak Kinerja Operasional United Tractors (UNTR) Hingga Semester I-2022
Sementara itu, Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menjelaskan secara umum pergerakan emas akan cenderung meningkat secara nilai dan daya beli karena tidak tergerus oleh inflasi.
Dia memproyeksikan di tengah kenaikan suku bunga The Fed, harga memang cenderung naik tapi tidak beranjak jauh dari level saat ini, di kisaran US$ 1.700 per ons troi sampai dengan US$ 1.800 per ons troi.
"Kalau soal emiten emas sedikit berbeda karena tergantung pada masing-masing cost dan penjualan. Jadi kalau harga emas turun kalau penjualan naik belum tentu profitabilitasnya akan turun," papar Wawan.
Baca Juga: Bursa Saham Tak Kendor Digedor Kenaikan Fed Rate
Dari beberapa emiten emas, dia berpandangan MDKA lebih dominan diuntungkan dari penjualan emas. Secara prospek, kenaikan harga komoditas yang turut mendongkrak harga logam akibat geopolitik Rusia Ukraina bisa menjadi sentimen positif.
Walaupun secara prospek diuntungkan, lanjut Wawan, investor yang ingin mengoleksi saham MDKA perlu membedah kinerja fundamentalnya. Misalnya, tingkat penjualan dan juga besaran ekspor atau impor.
Sementara, Lukman menyebut ANTM dan MDKA dapat dilirik, pergerakan kedua saham ini masih cenderung tertekan tapi ini bisa jadi momentum untuk rebound.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News