Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas masih terus mencetak harga-harga terendah sepanjang tahun ini. Seiring dengan perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kokoh dan performa mata uangnya yang stabil menguat, laju harga emas diproyeksi bakal terus tertahan hingga pengujung tahun.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, kenaikan suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi di sisa tahun ini sejatinya sudah diantisipasi pelaku pasar. Namun, di saat yang sama, pamor dollar AS yang tinggi membuat emas tak lagi jadi incaran sebagai aset safe haven.
Kendati demikian, masih ada sejumlah momentum yang menurut Deddy masih berpotensi mengangkat permintaan emas. "Secara historis, permintaan emas di akhir tahun hingga perayaan Imlek itu selalu naik," kata dia, Jumat (3/8).
Salah satunya Festival Diwali yang kerap memicu pembelian perhiasan di India. Memang, World Gold Council (WGC) mencatat, permintaan perhiasan di India turun 8% yoy di kuartal kedua menjadi hanya 147,9 ton akibat melorotnya mata uang rupee. Namun, Deddy mengatakan, WGC pun memproyeksi permintaan emas dari India masih mungkin kembali naik lantaran harga emas yang sudah kian murah.
Selain itu, permintaan emas dari China tampaknya juga masih cukup bagus. Di kuartal-II 2018, permintaan perhiasan China masih terjaga dan tumbuh 5% yoy menjadi 144,9 ton.
Hanya saja Deddy tetap tak begitu optimistis mematok proyeksi harga emas di akhir tahun. "Soalnya, dollar AS kelihatan masih akan terus menguat," pungkasnya. Deddy memprediksi, harga emas akan berada dalam rentang US$ 1.150-US$ 1.180 per ons troi di akhir 2018 nanti.
Sementara untuk perdagangan awal pekan nanti, harga emas secara teknikal masih menunjukkan potensi melemah untuk jangka panjang. Harga masih bergerak di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100, maupun MA 200. Begitu pun dengan indikator MACD yang berada di zona negatif semakin menguatkan kondisi tren bearish.
"Harga emas bisa makin lemah terutama kalau data tenaga kerja dan upah AS sesuai ekpektasi malam ini," katanya.
Namun, indikator stochastic dan RSI saat ini menunjukkan keadaan oversold dengan posisi masing-masing di level 5 dan 26. "Artinya, ada kemungkinan rebound terbatas karena harga emas sudah makin dekat US$ 1.200," kata Deddy.
Untuk perdagangan Senin (6/8), Deddy memproyeksi harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.210,30-US$ 1.204,60 per ons troi. Sementara, untuk sepekan ke depan, harga emas akan berada dalam rentang US$ 1.215,20-US$ 1.200,00 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News