Reporter: Namira Daufina | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Tingginya ketidakpastian pasar di akhir pekan jelang pertemuan IMF dan produsen minyak di Doha, Qatar akhir pekan lalu serta laporan naiknya permintaan emas fisik jadi katalis positif bagi harga emas akhir pekan lalu. Kenaikan ini pun dinilai masih berpeluang lanjut Senin (18/4).
Mengutip Bloomberg, Jumat (15/4) harga emas kontrak pengiriman Juni 2016 di Commodity Exchange melesat 0,66% ke level US$ 1.234,60 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Meski demikian dalam sepekan terakhir harga emas masih catatkan koreksi 0,73%.
Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka menuturkan buruknya sajian data Amerika Serikat Jumat (15/4) lalu bercampur dengan tingginya antisipasi pasar menanti outlook perekonomian global dari IMF yang berlangsung pada 16-17 April 2016 ini, jadi alasan bagi pelaku pasar untuk berburu emas.
Tercatat setelah inflasi AS yang buruk, kini data Prelim UoM sentimen konsumen AS Maret 2016 pun merosot dari 91,0 ke level 89,7. Sejalan dengan Prelim UoM ekspektasi inflasi yang stagnan di level 2,7%.
“Efeknya jelas, USD koreksi dan emas melonjak. Apalagi harga emas sebelumnya merosot dalam dua hari beruntun. Jadi dukungan rebound teknikal juga,” jelas Nanang. Ini semakin menambah pesimisme pelaku pasar akan laju kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Goyahnya ekonomi AS dan global saat ini memang menambah daya tarik emas di pasar global. Kenaikan permintaan emas paling mencolok terlihat dari laporan Tanaka Kikinzoku Kogyo K.K., salah satu retailer emas terbesar di Jepang. Penjualan emas batangan Jepang selama kuartal satu 2016 naik 35% menjadi 8.192 kilogram dibanding kuartal satu tahun sebelumnya.
Kenaikan permintaan emas fisik di Jepang ini disebabkan keputusan Bank of Japan (BOJ) untuk menetapkan suku bunga negatif. Membuat investor memilih untuk mencari kepastian dari berlindung pada emas.
Menduga pergerakan Senin (18/4) harga emas akan berpeluang naik namun dalam rentang yang terbatas. “Sebab pasar akan mempertimbangkan tarik menarik sentimen antara pertemuan Doha dan IMF,” tutur Nanang.
Hasil pertemuan Doha mengarah pada kesepakatan yang positif bahwa 16 produsen yang bergabung dalam pertemuan siap menahan produksi pada level Januari 2016 hingga pertemuan selanjutnya di Oktober 2016 mendatang.
Di sisi lain, pertemuan IMF masih memberi sinyal kekhawatiran melambatnya ekonomi global. Ditambah, IMF di awal pekan sudah menurunkan pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,4% menjadi 3,2%. “Perlambatan ekonomi akan membuat pelaku pasar terus berburu emas,” kata Nanang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News