Reporter: Adzira Febriyanti | Editor: Noverius Laoli
Sebaliknya, jika The Fed menahan penurunan bunga karena inflasi dan ketatnya pasar tenaga kerja, dolar AS berpeluang menguat sehingga menekan emas.
Selain itu, ketegangan geopolitik turut memberi sentimen kuat. Konflik di Ukraina maupun isu keamanan global lainnya membuat investor semakin memburu emas. Risiko perlambatan ekonomi global atau ancaman resesi juga berpotensi memperkuat arus modal ke logam mulia.
Namun, Sutopo mengingatkan bahwa jika ketegangan geopolitik mereda dan ekonomi kembali pulih, investor bisa beralih ke aset berisiko dengan imbal hasil lebih tinggi. Hal ini bisa menahan laju kenaikan emas.
Baca Juga: Harga Emas Antam Logam Mulia Turun Rp 13.000 Jadi Rp 1.896.000 Per Gram, Sabtu (16/8)
“Bagi investor, emas masih akan memegang peran strategis hingga akhir 2025. Kuncinya adalah membaca arah kebijakan The Fed serta perkembangan geopolitik, karena dua faktor itu yang paling menentukan tren harga emas ke depan,” pungkas Sutopo.
Selanjutnya: Eastspring Investments Siap Ikut Pemeringkatan Manajer Investasi dan Reksadana
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News