Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit kembali anjlok. Kekhawatiran adanya tambahan pasokan minyak sayur dari hasil panen kedelai dari Brasil menjadi penyebab penurunan harga crude palm oil (CPO). Para analis melihat, harga CPO masih akan menurun dalam jangka pendek.
Harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia, Senin (29/10), sampai pukul 18.25 WIB, senilai RM 2.548 per ton. Kontrak CPO untuk pengiriman Januari 2013 ini turun 2,11% dari RM 2.603 per ton pada penutupan hari sebelumnya. Sementara, di Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI), harga CPO untuk pengiriman Januari turun 2,19% dari Rp 8.190 menjadi Rp 8.010 per kg.
Panen raya kedelai dari Brasil diperkirakan lebih baik karena kondisi cuaca mendukung. Setelah cuaca kering dan panas, pekan depan, Brasil akan hujan sehingga mampu memacu pertumbuhan kedelai dalam jumlah besar. Spekulasi penumpukan stok kedelai ini membuat pelaku pasar menduga permintaan CPO akan turun.
Selain itu, Dewan Minyak Kelapa Sawit Malaysia menyatakan, stok CPO mereka di gudang sebanyak 2,48 juta ton pada September. Sementara, stok akan bertambah sebesar 2 juta ton mengingat akan ada panen raya. (Lihat halaman 17) "Ada kegelisahan atas stok di Malaysia," ujar Ivy Ng, Analis CIMB Group Holdings Bhd seperti dikutip Bloomberg. Karena itu, dia melihat, harga CPO akan kembali menurun.
Permintaan tetap ada
Namun, analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan, permintaan minyak sayur dari CPO masih akan tetap besar. Sebab, harga minyak kelapa sawit lebih murah ketimbang harga minyak kedelai. "Minyak kelapa sawit lebih murah dibanding minyak kedelai. Orang akan cari yang lebih efisien,” ujarnya.
Apalagi, orang Asia lebih terbiasa menggunakan minyak kelapa sawit ketimbang minyak sayur kedelai. Menurut Kiswoyo, akan sulit mengubah kebiasaan tersebut. "Pengusaha yang biasanya mengoplos minyak kedelai dengan CPO justru tidak akan lagi mengoplos," kata dia.
Kiswoyo pun yakin, harga CPO dalam jangka panjang masih akan meningkat. Sebab, data manufaktur China meningkat dari 47,80 ke 49,10 pada bulan ini. Data ini menjadi acuan bahwa China akan melakukan ekspansi ekonomi dan membeli CPO dalam jumlah cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Analis Harvest Futures International Ibrahim menganalisis, dari indikator teknikal, harga CPO masih cenderung turun. Indikator stochastic dan relative strength index (RSI) memeperlihatkan potensi bearish. Stochastic 60% arah negatif, sedangkan RSI 70% juga arah negatif. Hanya saja, indikator bollinger bands 20 dan moving average 60% berada di atas garis Bollinger tengah. Jadi, ada potensi menguat jangka pendek.
Karena itu, Ibrahim dan Kiswoyo melihat, harga CPO cenderung turun. Proyeksi Ibrahim, harga CPO sepekan ini akan berkisar di RM. 2.309 – RM 2.606 per ton. Sedangkan, prediksi Kiswoyo, harga CPO sepekan ini di RM 2.475 – RM. 2.650.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News