Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) kembali melonjak hingga mencapai level tertinggi selama 13 tahun terakhir. Per perdagangan Jumat (17/5), harga CPO kontrak pengiriman bulan Juli 2021 di Bursa Derivatif Malaysia berada di level RM 4.425 per ton.
Harga tersebut sudah naik lebih dari 13% dibanding harga CPO pada akhir April 2021 yang berada di kisaran level RM 3.900 per ton. Harga CPO memang beranjak naik sejak awal April 2021 setelah sempat terkoreksi pada pertengahan sampai dengan akhir Maret 2021.
Analis Phillip Sekuritas Michael Filbery mengatakan, kenaikan harga CPO belakangan ini utamanya didorong oleh sentimen keterbatasan suplai CPO di Malaysia Keterbatasan suplai ini bahkan diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir kuartal II-2021 seiring adanya keterbatasan jumlah tenaga kerja di perkebunan sawit Malaysia akibat pandemi Covid-19 yang masih berlanjut.
Sentimen lainnya berasal dari negara-negara importir utama CPO yang juga sedang mengalami tren penurunan pasokan. Menurut Michael, China, India, dan Pakistan sudah menunjukkan tren penurunan stok secara bulanan sejak awal tahun 2021.
Baca Juga: Harga CPO terus menguat ke level tertinggi
"Akan tetapi, di tengah keterbatasan stok ini, permintaan CPO justru sudah kembali pulih karena aktivitas perekonomian yang sudah kembali berjalan di beberapa negara, khususnya China," kata Michael saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (8/5).
Lebih lanjut, Michael menuturkan, kenaikan harga CPO juga dipacu kenaikan harga komoditas pertanian lainnya seperti kedelai dan jagung akibat masih berlanjutnya kekeringan di Brazil serta permintaan yang lebih tinggi untuk bahan baku pakan ternak. Hal tersebut terlihat dari peningkatan harga minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak rapeseed.
Seiring dengan melonjaknya harga CPO pada awal Mei 2021 ini, Michael merevisi perkiraan rata-rata harga CPO sepanjang tahun ini, dari RM 3.000 per ton menjadi RM 3.300. "Kami merevisi prediksi harga rata-rata CPO ke level RM 3.300 per ton, setelah mencermati potensi harga CPO yang masih cukup kuat hingga akhir kuartal kedua 2021," ucap dia.
Baca Juga: Kenaikan Harga Komoditas Mulai Terbatas Usai Cetak Rekor Baru
Sayangnya, menurut Michael, kenaikan harga CPO ke level RM 4.400 per ton tidak banyak berpengaruh terhadap laju harga saham-saham CPO. Hal ini disebabkan banyak produsen CPO dalam negeri yang menerapkan penjualan menggunakan sistem kontrak forward.
Akibatnya, ketika harga pasar melebihi harga kontrak forward, produsen justru mencatatkan kerugian sebesar selisih harga pasar terhadap harga kontrak. Hal ini bisa terlihat dari kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk yang mencatatkan penurunan laba bersih kuartal I-2021 akibat kerugian kontrak komoditas berjangka sebesar Rp 383 miliar.
Meskipun begitu, seiring dengan potensi kenaikan harga CPO yang masih berlanjut hingga akhir kuartal II-2021, Michael merekomendasikan investor untuk hold sejumlah saham, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).
Michael memasang target untuk AALI di level Rp 11.200 per saham, LSIP Rp 1.400, SSMS Rp 1.000, dan DSNG Rp 600 per saham. Sementara bagi pelaku pasar yang belum memiliki saham-saham tersebut, dia merekomendasikan untuk trading buy jangka pendek saja. Pada perdagangan Jumat (7/5), AALI ditutup di level Rp 9.725 per saham, LSIP Rp 1.345 per saham, SSMS Rp 940 per saham, dan DNSG Rp 580 per saham.
Baca Juga: Harga CPO yang membaik, mendongkrak pendapatan Sampoerna Agro (SGRO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News