Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kabar buruk kembali melanda sektor komoditas unggulan Indonesia. Kali ini, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memproyeksi, ekspor crude palm oil (CPO) dan turunan bulan Agustus dan September akan mengalami stagnasi.
“Pasar CPO diprediksi relatif stagnan sepanjang Agustus dan September,” kata Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI dalam laporannya yang diterima KONTAN, Selasa (20/8). Ia menjelaskan, penurunan permintaan menjadi alasan penurunan proyeksi ekspor CPO, terutama dari India dan juga China sebagai pembeli utama CPO.
Selain dari sisi permintaan, stagnasi pasar CPO terjadi karena naiknya pasokan CPO Indonesia dan Malaysia, selaku negara produsen utama CPO dunia. Karena pasar stagnan, harga CPO dan turunan diproyeksikan sulit untuk naik.
“Hal ini diperburuk dengan perkiraan akan meningkatnya hasil panen kedelai (kompetitor CPO) di Brazil, Argentina dan Amerika dengan dukungan cuaca yang baik di negara tersebut,” kata Fadhil.
Tak cukup sampai disana, adanya kebijakan anti dumping yang diterapkan Uni Eropa terhadap Argentina juga akan menjadi faktor harga kedelai menjadi murah dan membuat harga CPO semakin terdesak.
Jika harga kedelai yang murah, otomatis akan mempengaruhi harga CPO yang selama ini hanya menjadi substitusi kedelai bagi negara Uni Eropa dan AS. “GAPKI memperkirakan harga CPO Agustus bergerak di kisaran US$ 820- US$ 855 per metrik ton. Harga CPO Rotterdam diperkirakan US$ 852 per metrik ton dan Harga Patokan Ekspor (HPE) sekitar US$ 781 per metrik ton dengan bea keluar (BK) ekspor 10,5%,” jelas Fadhil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News