Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) menyentuh angka tertinggi dalam sejarah. Harga CPO melambung di tengah potensi kekeringan ladang kedelai Amerika Serikat (AS).
Sebagai produk pertanian dengan manfaat di berbagai sektor industri, harga CPO dan minyak kedelai selalu dalam keadaan persaingan. Bila produksi minyak kedelai terhambat dan melambungkan harga, maka permintaan CPO yang lebih murah akan bertumbuh, pun sebaliknya.
Mengutip Malaysia Derivative Exchange pada Jumat (11/8) pukul 16.25 waktu setempat, harga komoditas CPO kontrak pengiriman Oktober menguat 0,79% ke level RM 2.684 per metrik ton ketimbang penutupan hari sebelumnya RM 2.663 per metrik ton. Angka ini mencatat harga tertinggi dalam sejarah.
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, musim panas yang lebih lama dari perkiraan dapat mempengaruhi kinerja ladang kedelai. Menurut Deddy, bila ladang kedelai AS yang dapat memproduksi hingga 40 juta ton pertahun mengering, suplai kedelai akan merosot dan meningkatkan harga komoditas ini. "Maka saat harga kedelai melonjak akan memberikan sentimen positif ke CPO, maka permintaan CPO akan meningkat," jelas Deddy kepada KONTAN, Jumat (11/8).
Deddy memaparkan, faktor cuaca El Nino yang melanda Asia Tenggara sempat diperkirakan telah usai. Tapi, curah hujan tinggi terlihat kembali pada kuartal ketiga ini. Harga komoditas CPO ini pun dapat melambung mengantisipasi risiko banjir.
Untuk jangka panjang, Deddy melihat harga CPO berpotensi menanjak. "Jangka panjang akhir tahun, harga CPO bisa ke level RM 3.000," jelas Deddy.
Mengutip laporan Bloomberg, perkiraan hujan dari badan meteorologi berbagai negara melaporkan kemungkinan hujan deras pada hari Jumat di Sumatra, Kalimantan, Sabah, Sarawak, dan Johor yang merupakan pusat perkebunan kelapa sawit Indonesia dan Malaysia.
Di sisi lain, Deddy melihat adanya kekhawatiran pasar dari jumlah produksi CPO Malaysia dan Indonesia yang akan meningkat besar hingga akhir tahun. "Produksi Indonesia akan tumbuh 11,2% menjadi 35,71 juta ton hingga akhir tahun, sedangkan untuk Malaysia untuk tahun 2017 ini produksi prediksi naik 13,2% menjadi 19,6 juta ton," kata Deddy.
Bila pasokan berlebih, harga CPO bisa terkoreksi. Malaysia baru-baru ini melaporkan kenaikan stok sebesar 16,8% menjadi 1,78 juta ton.
Secara teknikal Deddy melihat moving average ada di atas MA50, MA100, dan MA200 menunjukan kenaikan CPO secara jangka panjang. MACD positif. Relative strength index 57 cenderung menguat. Stochastic menunjukkan penguatan.
Deddy memperkirakan, harga CPO berpotensi menguat ke area RM 2.600 - RM 2.680 per metrik ton pada Senin (14/8) dan di kisaran RM 2.720 - RM 2.570 per metrik ton sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News