Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sempat menguat di awal pekan ini, tetapi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tetap dibayangi sentimen negatif. Rencana negara-negara kawasan Uni Eropa untuk menolak penggunaan CPO sebagai produk biodisel masih mengganjal penguatan harga. Analis malah menyebut CPO berada dalam tren bearish.
“Secara fundamental CPO masih tertekan larangan Uni Eropa,” ungkap Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures kepada Kontan.co.id.
Dia melihat investor kini mencemaskan langkah parlemen Eropa yang menyetujui pelarangan pengunaan minyak sawit sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor mulai tahun 2021. Meski belum dimulai tetapi ini tetapi memicu kekhawatiran. Di tahun 2017 saja, ekspor CPO ke Uni Eropa telah terkikis 3,3% menjadi 2 juta ton.
Ditambah lagi kata Faisyal berakhirnya libur tahun baru Imlek membuat permintaan minyak kelapa sawit juga semakin terkikis. Masih belum ada katalis positif lagi yang bisa mendorong kenaikan tingkat permintaan.
Di lain pihak Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradpoint Futures lebih melihat posisi indikator teknikal yang agak mengkhawatirkan. Posisi harga yang masih berada di bawah garis moving average (MA) 100 dan MA 200 mengindikasikan peluang terjadinya pelemahan dalam jangka menengah dan jangka panjang.
“Kalau dalam sepekan ke depan tembus di bawah RM 2.400 bisa bearish,” terangnya.
Menurutnya sampai kuartal I CPO masih berada dalam pelemahan. Kemungkinan rentang pergerakannya bisa berada di kisaran RM 2.400 – RM 2.590 per metrik ton. Kalaupun terjadi penguatan, kata Deddy itu hanya sesaat ketika data dirilis.
Asal tahu saja, mengacu Bursa Malaysia, Selasa (20/2) pukul 18.00 wib harga CPO kontrak pengiriman Mei 2017 terkoreksi 1,19% ke level RM 2.485 per metrik ton. Namun jika dibandingkan harga sepekan sebelumnya pelemahannya yang sekitar 0,84%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News