Reporter: Febrina Ratna Iskana, Agus Triyono | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) beringsut turun di dua hari terakhir pekan lalu. Jumlah ekspor CPO dari Malaysia yang menurun di Oktober ini, telah menjatuhkan harga CPO dari level tertingginya sejak 9 September lalu.
Akhir pekan lalu, harga CPO untuk kontrak pengiriman Januari 2014 di Bursa Malaysia, turun 0,81% menjadi RM 2.444 per ton dibanding Kamis (24/10). Harga ini lebih rendah 1,53% dibandingkan level harga tertinggi sebulan belakangan ini Rabu lalu (23/10). Jika dihitung dari harga tertinggi dalam sebulan terakhir tersebut, harga CPO telah terkoreksi sebesar 1,53%.
Surveyor Intertek pada akhir pekan lalu melaporkan, volume ekspor CPO dari Malaysia selama 25 hari di bulan Oktober hanya mencapai 1,23 juta ton. Angka ini turun 0,6% dibandingkan dengan periode sama bulan sebelumnya.
Ini mengindikasikan permintaan CPO sedang menurun. "Meskipun produksi tidak terlalu tinggi seperti yang diperkirakan, tapi ekspor masih lemah sehingga harga CPO masih tetap dalam tekanan," ujar Sandeep Bajoria, CEO Sunvin Group seperti dikutip Bloomberg.
Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures menambahkan, dari sisi teknikal, batasan resistance kuat harga CPO yang berada di level RM 2.500 per ton, juga membuat harga CPO sulit menguat. "Sudah tiga kali level harga tersebut gagal ditembus," katanya.
Sedangkan, Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, tren kenaikan harga CPO dalam jangka pendek masih akan terjaga. Untuk harga di awal pekan ini, Ariston menyatakan secara teknikal harga masih bergerak di atas garis uptrend. "Ini menjadikan harga CPO berpotensi untuk menguat," ujar Ariston.
Masih berpeluang naik
Sedangkan untuk pergerakan selama sepekan ini, tergantung pada resistance terdekat di RM 2.500 per ton. Bila berhasil ditembus maka masih akan terjadi penguatan harga CPO. Namun, menjelang akhir pekan ini, harga CPO bisa saja turun karena belum ada data-data yang mampu mendukung penguatan.
Secara teknikal, Ariston menyatakan, moving average convergence divergence (MACD) masih di atas garis 0, berarti masih ada potensi untuk menguat. Stochastic masih di level 90 memberi sinyal overbought. Sementara, relative strength index (RSI) masih mengikuti pergerakan harga di level 63, artinya masih bertahan di garis uptrend yang kemungkinan menguat.
Harga masih berada di atas moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Ini menunjukkan peluang kenaikan harga CPO masih ada di area resistance RM 2.500.
Prediksi Ariston, sepekan ini, harga CPO berkisar RM 2370-RM 2500 per ton. Proyeksi Suluh CPO masih akan tertekan di kisaran RM 2.425-RM 2.500 per ton .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News