Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis Philip Sekuritas Michael Filbery memprediksi, kinerja produksi emiten perkebunan dan pengolahan sawit pada kuartal IV-2020 kurang lebih sama seperti kuartal III-2020, yakni masih dalam tekanan. Pasalnya, pada triwulan terakhir ini, rata-rata kondisi produksi emiten sawit masih dipengaruhi gangguan iklim La Nina.
Meskipun begitu, Michael melihat, masih ada peluang bagi pendapatan emiten untuk tetap tumbuh positif. Mengingat, harga crude palm oil (CPO) masih berpeluang naik dengan ruang penguatan hingga akhir tahun di rentang RM 3.200-RM 3.600 per ton.
Menurut Michael, harga CPO masih berpotensi menguat karena didukung permintaan yang meningkat, baik untuk tujuan ekspor maupun konsumsi domestik. Sebagai contoh, aktivitas perekonomian yang sudah berjalan normal di China diprediksi akan meningkatkan ekspor CPO ke negara tersebut.
"Kebutuhan CPO sebagai bahan baku pangan menjelang tahun baru China juga akan meningkatkan laju ekspor komoditas ini ke sana," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (1/12). Sementara dari dalam negeri, kebutuhan CPO di akhir tahun bakal meningkat sebagai persiapan untuk produksi biodiesel pada 2021.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) optimistis produksi CPO terus meningkat hngga tahun depan
Selain itu, ada juga sentimen positif yang berasal di India. Sebagaimana diketahui, negara yang menjadi salah satu pengimpor CPO terbesar ini memangkas bea masuk produk CPO, dari 37,5% menjadi 27,5%. Pasalnya, harga minyak nabati lokal di India sudah terlalu tinggi.
Melihat kondisi ini, Michael merekomendasikan beli saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 12.700 per saham dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) Rp 1.400 per saham.
Ia menurunkan target harga saham AALI dari Rp 14.700 per saham seiring dengan asumsi volume penjualan yang lebih rendah pada tahun ini.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Santosa mengatakan, kinerja keuangan AALI pada semester II-2020 akan lebih baik dibanding semester I-2020. Hal ini didorong oleh membaiknya harga jual dan kinerja operasional, baik produksi maupun volume penjualan.
"Perbaikan harga CPO di pasar global yang dimulai di awal kuartal III-2020 dan berlanjut sampai sekarang merupakan faktor utama yang meningkatkan kinerja perusahaan di industri kelapa sawit," ucap Santosa. Ia berharap, perbaikan kinerja keuangan AALI dapat berlanjut seiring dengan harga jual yang relatif baik saat ini.
Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) Michael Kesuma juga menyampaikan, produksi tandan buah segar (TBS) SGRO mulai melonjak pada September 2020. Dibanding bulan sebelumnya, produksi TBS pada September 2020 melesat 43%, lalu 51% pada Oktober 2020.
"Sebagian besar bulan November, yakni tanggal 1-22 November 2020 dibanding periode sama bulan sebelumnya juga masih terus meningkat. Alhasil, kami yakin, secara volume produksi, kuartal IV-2020 akan menjadi puncaknya secara kuartalan," kata dia.
Sejalan dengan itu, Michael optimistis pendapatan SGRO akan terus membaik pada kuartal IV-2020. Mengingat, harga jual CPO juga sedang melambung tinggi.
Menurut dia, harga jual CPO SGRO dalam beberapa minggu terakhir sudah melebihi Rp 9.000 per kg alias lebih tinggi dari harga rata-rata kuartal III-2020 yang sebesar Rp 8.200 per kg. "Jadi faktornya ada dua. Dari produksi yang meningkat sehingga volume penjualan berpotensi naik dan dari harga jual yang sedang melambung signifikan," ucap Michael.
Selanjutnya: Kinerja Emiten Grup Indofood Masih Oke, Simak Rekomendasi Saham INDF dan ICBP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News