Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Persediaan minyak sawit di Indonesia diperkirakan naik ke posisi tertinggi selama delapan bulan per Mei. Sebab, ekspor Indonesia turun ke level terendah kedua sejak 2012.
Menurut median estimasi dari enam pekebun, pejabat industri dan analis yang di survey Bloomberg, cadangan CPO bulan Mei naik 10% dibanding bulan sebelumnya menjadi 2,2 juta metrik ton. Ini merupakan level tertinggi sejak September 2013. Survei menunjukkan, produksi turun 2% menjadi 2,3 juta ton. Ekspor Mei sebesar 1,48 juta ton. Sementara bulan sebelumnya sebesar1,38 juta ton. Ini yang terendah sejak September 2012.
Mengutip Bloomberg, Senin (16/6) pukul 14.00 WIB, kontrak CPO bulan Agustus 2014 di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,2% dibanding akhir pekan lalu. Dalam sepekan, harga CPO menanjak 0,8%.
Kontrak berjangka di Kuala Lumpur turun dari 18 bulan pada bulan Maret. Kondisi ini akibat spekulasi meningkatnya pasokan minyak goreng dunia di tengah rekor pertumbuhan tanaman kedelai di Amerika Serikat (AS). Harga minyak kedelai di Chicago turun 13% pada tahun ini. Sebuah survey menunjukkan, Impor CPO dari India jatuh pada bulan Mei. Sebab, para pedagang lebih banyak membeli kedelai dan minyak bunga matahari.
“India telah membeli banyak minyak bunga matahari. Dan mengurangi impor kelapa sawit,” kata Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia melalui telepon kepada Bloomberg.
Data asosiasi minyak sawit menyebutkan, total ekspor CPO dari Indonesia pada bulan April dan Mei 2014 sebesar 2,9 juta ton. Ini merupakan yang terendah sejak September dan Oktober 2012 sebesar 2,8 juta ton. Sementara survey Bloomberg 11 Juni memperkirakan, per Mei 2014, impor dari India turun sebesar 12% menjadi 668.000 ton dibanding periode yang sama pada tahun lali. Pembelian minyak kedelai mentah naik lebih dari tiga kali lipat menjadi 186.000 ton. Adapun impor bunga matahari naik lebih dari dua kali lipat menjadi 150.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News