Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mulai bergairah. Berdasar data Bloomberg, sebulan terakhir harga CPO telah naik 9% dan sepekan terakhir harganya naik 11,17% ke level RM 3.743 per ton.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan bahwa cuaca kering belakangan ini meningkatkan kekhawatiran gagal panen. Khususnya pada berbagai tanaman komoditas yang menghasilkan minyak sebagai bahan dasar pencampuran biofuel, bioethanol dan biogas serta biodiesel.
Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, perkebunan kelapa sawit di Sabah, Malaysia sebagai penghasil komoditas terbesar mengalami tekanan air dari tanda-tanda awal El Nino. Hal tersebut memangkas hasil panen dan memperburuk dampak pemupukan yang kurang dan kekurangan tenaga kerja yang terlihat selama tiga tahun terakhir.
"Selain itu, berdasarkan surveyor kargo Intertek Testing Services ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 Juni turun 16,6% dari minggu yang sama di bulan Mei. Lalu, surveyor kargo lain, AmSpec Agri Malaysia mengatakan ekspor turun 16,4%," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (16/6).
Baca Juga: Aturan Bursa CPO Mundur ke Akhir Juni 2023
Ke depan, harga CPO masih rentan terkoreksi. Menurut Wahyu, hal itu didorong sejumlah faktor dari resesi Amerika Serikat, perlambatan ekonomi China, dan kenaikan suku bunga the Fed.
"Ekonomi lemah, permintaan lemah, harga turun," sambung dia.
Wahyu melihat sebetulnya sudah ada beberapa upaya intervensi yang mana OPEC+ memotong suplai minyak. Lalu, NDRC China memotong suplai batubara. Hanya saja, ia menilai hal tersebut belum sepenuhnya memicu pembalikan harga menjadi bullish.
Dia mengatakan, Jika the Fed pivot dan memberikan stimulus apalagi memangkas suku bunga acuan, maka dolar AS bisa melemah dan sentimen positif global bisa berharap kepada membaiknya permintaan sehingga memicu kenaikan harga komoditas tersebut. Namun, hal tersebut belum bisa diharapkan terjadi untuk tahun ini, diproyeksikan baru tahun depan.
Baca Juga: Harga Referensi CPO Turun 10,87% pada Periode 16-30 Juni 2023
Sebaliknya, Sutopo justru menilai tren harga CPO dalam posisi positif. Dia menilai kelangkaan pasokan sepanjang musim panas karena kekurangan panen dapat mendongkrak.
Di sisi lain, kebijakan bursa CPO diharapkan juga dapat memberikan efek positif. "Sebelum diberlakukan kita hanya bisa berharap dan pelaksanaannya nanti akan menghasilkan sejumlah efek yang dapat dikaji ulang untuk dibenahi, kekurangannya apa dan kelebihannya apa," kata Sutopo.
Dia pun menilai harga CPO dapat bergerak hingga RM 4.000 per ton hingga akhir tahun apabila prospek pertumbuhan global membaik. Sementara Wahyu memproyeksikan pada kuartal II harganya akan bergerak dengan rentang RM 3.400 per ton-RM 3.800 per ton dan pada semester II akan bergerak dengan rentang RM 2.700 per ton-RM 4.400 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News