kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO diselimuti tren bearish, sempat sentuh lagi level terendah tahun ini


Senin, 24 September 2018 / 20:15 WIB
Harga CPO diselimuti tren bearish, sempat sentuh lagi level terendah tahun ini
ILUSTRASI. Kelapa sawit


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih dirundung sentimen negatif. Harga CPO terbeban oleh kekhawatiran meningkatnya produksi dan persediaan, di tengah permintaan yang menurun.

Mengutip Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman Desember 2018 di Bursa Derivatif Malaysia jatuh ke level terendahnya sepanjang tahun ini pada level RM 2.143 per metrik ton. Hari ini, Senin (24/9), harga mengalami penguatan 0,89% ke level US$ 2.162 per metrik ton.

Namun, dalam sepekan, harga CPO masih mencatat penurunan 3,78%.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, tren bearish memang masih menghantui CPO selama harganya masih bergulir di bawah RM 2.300 per metrik ton. Selain itu, sentimen negatif dari moratorium larangan penggunaan minyak sawit di Amerika Serikat (AS) maupun Amerika Latin juga makin menyudutkan harga komoditas ini.

"Sampai tahun 2025, diproyeksi produksi kedelai di AS maupun negara-negara Amerika Latin akan melonjak lebih tinggi menjadi 70 juta ton. Sementara, produksi CPO secara keseluruhan diprediksi hanya akan mencapai 64 juta ton," papar Deddy, Senin (24/9).

Sekadar tahu saja, minyak kedelai merupakan salah satu substitusi minyak sawit. Tingginya produksi kedelai diperkirakan akan makin menghambat tingkat permintaan terhadap minyak sawit.

Bukan hanya tingkat produksi, Deddy menambahkan, dari segi luas lahan sektor kedelai pun diperkirakan akan lebih unggul. Di AS dan Amerika Latin, lahan perkebunan kedelai akan mencapai 130 juta hektare. "Lahan CPO sndiri secara keseluruhan hanya akan berkisar 19 juta hektar pada 2025 nanti," ujar Deddy.

Belum lagi, sentimen perang dagang juga masih berpotensi menahan laju permintaan CPO. Seperti yang diketahui, hari ini China membatalkan niatnya untuk melanjutkan perbincangan dagang dengan AS. Sementara, tarif impor masing-masing negara yang berlaku untuk satu sama lain mulai efektif per hari ini, 24 September.

"Sentimen perang dagang ini bisa dua efeknya, bisa mengurangi permintaan China karena dampak ke perekonomiannya. Bisa juga justru membuat impor kedelai China ke AS turun dan beralih ke pembelian CPO sebagai penggantinya ke negara-negara pengekspor lainnya," jelas Deddy.

Dus, di tengah sentimen yang beragam sekarang, Ahmad Yudiawan, Analis Monex Investindo Futures belum begitu yakin harga CPO bisa menguat signifikan. Pasalnya, harga saat ini sudah menembus level support kuat dan berpotensi bergerak turun lagi.

Kondisi fundamental CPO pun dianggap Yudiawan belum cukup untuk mengangkat harga.

"Secara teknikal, level support RM 2.150 sudah dilewati. Tentu kondisi break level support ini mengindikasikan harga mencoba menuju level lebih rendah yaitu RM 2.135 atau RM 2.130," kata Yudiawan, Senin (24/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×