Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintahan Presiden Joko Widodo kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan ini mengekor anjloknya harga minyak mentah di pasar internasional.
Menyusutnya harga BBM berimbas ke pasar modal domestik. Alhasil, sejumlah emiten yang bergerak di sektor konsumsi, ritel, transportasi, perbankan dan properti ikut meraup berkah dari penurunan harga BBM.
Pada Senin (19/1) lalu, harga BBM jenis premium resmi turun menjadi Rp 6.600 per liter dan solar menjadi Rp 6.400 per liter. Ini kali kedua pemerintah Joko Widodo menurunkan harga BBM. Penurunan pertama terjadi di awal tahun 2015. Kala itu, harga premium turun ke Rp 7.600 dari semula Rp 8.500. Adapun harga solar berkurang dari sebelumnya Rp 8.250 menjadi RP 7.250.
Pasar merespons positif penurunan harga BBM. Dalam dua hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat. Kemarin (20/1), indeks saham naik 0,27% menjadi 5.166,09.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, melihat, secara umum penurunan harga BBM berdampak positif terhadap pasar saham. Banyak emiten mendulang untung dari penurunan hanya BBM. Yang paling diuntungkan terutama emiten yang mengandalkan BBM dalam operasionalnya, seperti transportasi, otomotif, logistik, consumer goods dan ritel.
Penurunan harga BBM berpotensi mengerek margin perusahaan, terutama emiten sektor transportasi, logistik, consumer goods dan ritel. Di sisi lain, daya beli masyarakat bakal meningkat sehingga mendorong penjualan sektor otomotif seperti ASII.
Kendati penurunan BBM meningkatkan prospek emiten, Hans melihat dampak positif penurunan harga BBM hanya bersifat sementara. Mengingat, dua pekan ke depan, pemerintah kembali mengkaji harga baru BBM. "Jadi ini tergantung harga minyak global," jelas dia.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang, menambahkan, sektor properti juga akan mendulang untung lantaran daya beli masayarakat semakin tinggi. Di sisi lain, sektor perbankan diuntungkan karena kucuran kredit ke sektor properti, transportasi dan consumer goods semakin kencang. "Tapi prospek positif ini tidak bisa disimpulkan sampai kapan. Semua tergantung berapa lama harga minyak rendah bertahan," ungkap dia.
Dari emiten yang untung dari penurunan BBM, Edwin merekomendasikan buy GGRM dengan target harga wajar Rp 69.000 per saham. Adapun Hans menyarankan buy saham ASII.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News