Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga batubara mendapat katalis positif setelah Donald Trump resmi menjabat sebegai Presiden Amerika Serikat. Meski demikian, China masih berpotensi mengendalikan pergerakan harga.
Mengutip Bloomberg, Senin (23/1), harga batubara kontrak pengiriman Februari 2017 di ICE Future Exchange naik 0,35% dari hari sebelumnya ke level US$ 83,90 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir, harga batubara menanjak 1,3%.
Analis PT Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono memaparkan, Donald Trump telah berjanji untuk untuk kembali meningkatkan penggunaan batubara untuk bahan bakar pembangkit di negeri Paman Sam. Janji Trump sebenarnya akan berdampak buruk pada lingkungan. Tetapi sebaliknya, akan berdampak baik bagi ekonomi AS.
Padahal presiden sebelumnya yakni Barrack Obama merencanakan proyek energi alternatif dengan mengurangi batubara dan mendorong pemakaian gas alam. "Lantaran kebijakan Trump, maka angin berhembus kembali ke batubara," kata Wahyu.
Trump pernah menyatakan jika pemanasan global adalah "hoax" yang dilakukan oleh China. Setelah inagurasi pekan lalu, Trump mengumumkan "America First Energy Plan". Dalam rencana itu, Trump disebut akan menghidupkan kembali industri batubara dan menghapus kebijakan yang dinilai berbahaya dan tidak perlu, termasuk program perang terhadap kebijakan iklim Obama.
Meski demikian, pasar masih harus melihat seberapa kuat pengaruh Trump ke prospek harga batubara. Hingga saat ini, Wahyu menilai, China masih menjadi faktor utama yang dapat membuat harga bergerak signifikan. Setiap kenaikan pada harga batubara akan memicu bertambahnya pasokan. Sebab, para produsen memanfaatkan harga tinggi untuk meningkatkan produksi. Tetapi, China memang mengendalikan harga melalui pengaturan pasokan.
China tidak akan membiarkan harga anjlok karena akan merugikan produsen yakni perusahaan tambang. Penurunan harga saham tambang berpotensi menekan ekonomi China. Tetapi di sisi lain, China juga tidak dapat membiarkan harga terus naik karena akan mengancam sektor energi atau listrik yang juga akan berakibat tekanan pada ekonomi dalam negeri.
"Manipulasi China mendukung dari sisi pasokan. Tetapi prospek permintaan masih belum jelas meski efek rencana Trump akan menambah sentimen positif bagi batubara," imbuh Wahyu.
Dalam jangka menengah, Wahyu memperkirakan harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 70 - US$ 110 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News