kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   -6.000   -0,34%
  • USD/IDR 16.634   -74,00   -0,45%
  • IDX 6.209   47,32   0,77%
  • KOMPAS100 876   7,78   0,90%
  • LQ45 690   8,62   1,27%
  • ISSI 195   0,50   0,26%
  • IDX30 362   4,02   1,12%
  • IDXHIDIV20 438   3,93   0,91%
  • IDX80 99   0,97   0,99%
  • IDXV30 106   0,30   0,28%
  • IDXQ30 119   1,31   1,11%

Harga Batubara Meredup, Begini Dampaknya bagi Emiten Tambang Batubara


Minggu, 23 Maret 2025 / 16:26 WIB
Harga Batubara Meredup, Begini Dampaknya bagi Emiten Tambang Batubara
ILUSTRASI. Area produksi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan harga batubara global menjadi tantangan tersendiri bagi emiten-emiten pertambangan batubara. Walau begitu, emiten-emiten di sektor ini tetap memiliki peluang untuk mencetak kinerja yang lebih baik pada 2025.

Mengutip situs Trading Economics, harga batubara di pasar global berada di level US$ 97 per ton pada Jumat (21/3). Dalam sebulan terakhir, harga batubara telah terkoreksi 5,13% month to month (mtm). Harga komoditas ini juga anjlok 24,04% year on year (yoy) atau dalam satu tahun terakhir.

Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla menyampaikan, penurunan harga batubara global belakangan ini dipicu oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah peningkatan produksi batubara di China, sehingga mereka mengurangi ketergantungannya terhadap impor yang secara otomatis menekan harga di pasar global.

Baca Juga: Harga Merosot, Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara : PTBA, ITMG, UNTR, AADI

Selain itu, kondisi cuaca yang lebih hangat di Eropa juga membuat permintaan energi dari batubara untuk pemanasan juga berkurang. “Di sisi lain, harga gas alam yang lebih murah turut memperparah tekanan terhadap batubara, karena industri lebih memilih energi yang lebih ekonomis,” ujar dia, Jumat (21/3).

Di tengah tren penurunan ini, justru ada dorongan dari Pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan kembali produksi listrik berbasis batubara. Jika kebijakan ini terealisasi, maka permintaan batubara di AS berpotensi meningkat. Namun, kondisi kelebihan pasokan dari China tetap menjadi faktor yang bisa menahan pemulihan harga batubara dalam waktu dekat.

Selain tekanan dari harga batubara yang terus melemah, emiten-emiten di sektor ini juga dihadapkan dengan sejumlah sentimen negatif lain yang berpotensi menggerus kinerja mereka sepanjang 2025. Salah satu yang paling krusial adalah rencana kebijakan penyesuaian tarif royalti oleh pemerintah.

Dalam hal ini, pemerintah berencana mengerek tarif royalti bagi produsen batubara dengan skema progresif berdasarkan harga jual. “Bagi emiten yang selama ini menikmati margin tinggi dari harga batubara, kebijakan ini bisa menjadi pukulan telak karena akan meningkatkan beban operasional mereka,” tutur Thoriq.

Selain itu, aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga bisa berdampak signifikan bagi emiten produsen batubara berorientasi ekspor. Melalui kebijakan ini, pemerintah mewajibkan eksportir untuk menempatkan sebagian devisa pelaku usaha di dalam negeri selama periode tertentu sebelum bisa digunakan atau dikonversi ke mata uang lain.

Baca Juga: Emiten Batubara Targetkan Kenaikan Produksi dan Penjualan, Cermati Rekomendasi Analis

Aturan ini tentu akan berpengaruh pada fleksibilitas keuangan emiten batubara, terutama bagi emiten yang memiliki utang berdenominasi dollar AS atau sedang menggelar ekspansi global. Jika arus kas emiten tersebut terhambat oleh aturan DHE, ada kemungkinan pihak emiten harus mencari sumber pendanaan lain atau menyesuaikan strategi bisnisnya.

Pada dasarnya, peluang pemulihan kinerja bagi emiten-emiten batubara tetap terbuka, terutama dengan kebijakan baru dari Kementerian ESDM yang memperbarui Harga Batubara Acuan (HBA) tiap dua minggu sekali. Langkah ini membuat harga batubara lebih responsif terhadap kondisi pasar, sehingga memberi fleksibilitas bagi emiten dalam menentukan strategi produksi dan penjualan.

Lebih lanjut, permintaan batubara dari India tetap tinggi serta gangguan pasokan dari produsen lain juga bisa mendorong kenaikan harga komoditas ini. “Beberapa emiten juga mulai diversifikasi ke energi terbarukan dan mineral lain, sehingga dapat membantu menjaga stabilitas pendapatan di tengah volatilitas harga batubara,” ungkap dia.

Untuk sektor batubara, Thoriq merekomendasikan beli saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) di level Rp 6.675 per saham dengan target harga di level Rp 7.150 per saham dan Rp 7.500 per saham, serta stop loss di level Rp 6.400 per saham. Dia juga merekomendasikan buy on weakness saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) di level Rp 22.400 per saham dengan target harga di level Rp 23.100 per saham dan stop loss di level Rp 21.875 per saham.

Rekomendasi saham dari Thoriq untuk saham-saham batubara bersifat jangka pendek, mengingat harga komoditas ini masih fluktuatif.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Sektor Energi dan Batubara yang Sudah Siapkan Capex

Selanjutnya: 5 Risiko Pembiayaan Danantara Jika Fokus pada Energi Fosil

Menarik Dibaca: Hujan Masih Turun di Daerah Ini, Cek Prediksi Cuaca Besok (24/3) di Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×