Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan tambang batubara masih optimistis melihat prospek bisnis di sepanjang tahun ini meski harga komoditasnya terus melandai.
Tercatat Harga Batubara Acuan (HBA) Februari 2023 kembali turun menjadi US$ 277 per ton. Namun jika dibandingkan dengan HBA pada 2019 yang diposisi US$ 66,30 per ton, maka harga batubara tahun ini sebetulnya masih berada di level yang tinggi.
Meski demikian PT Indika Energy Tbk (INDY) tidak memfokuskan bisnis pada harga batubara yang bersifat fluktuatif.
Head of Corporate Communications Indika Energy, Ricky Fernando menyatakan pihaknya akan lebih fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol termasuk efisiensi biaya dan efektivitas kinerja untuk memastikan pencapaian target.
Baca Juga: Intip Sejumlah Emiten yang Diuntungkan Penerapan Perdagangan Karbon
“Target produksi kami tahun ini adalah 32,8 juta ton – di mana 31 juta ton dari Kideco dan 1,8 juta ton dari Multi Tambangjaya Utama (MUTU),” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/2).
Strategi bisnis yang dijalankan INDY di sepanjang tahun ini meliputi menjaga tingkat produksi agar sesuai target, memastikan efisiensi biaya, optimalisasi belanja modal, dan menjaga kas perusahaan.
Saat ini Indika menjual batubaranya ke sejumlah negara yakni China, negara-negara Asia Tenggara, India, Korea Selatan, dan Jepang. “Sementara itu, pada tahun 2022 kami mengalokasikan 28% dari hasil produksi kami untuk kebutuhan dalam negeri,” pungkasnya.
Sementara itu, PT Mifa Bersaudara, perusahaan pertambangan batubara yang terletak di Kabupaten Aceh Barat, tetap melihat prospek bisnis yang cerah hingga beberapa tahun mendatang.
General Manager Operation Mifa Bersaudara, Hadi Firmansah menjelaskan beberapa ahli memproyeksikan harga batubara masih akan berada di posisinya yang kuat dalam dua tahun hingga tiga tahun mendatang.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bluechip di Tengah Laporan Kinerja Emiten LQ45 yang Ciamik
“Namun dalam tiga tahun setelahnya, harga sudah mulai menurun kembali. Namun kami pernah melewati ketika harga batubara di titik terendah pada 2015-2016 dan kami masih bisa beroperasi,” jelasnya saat ditemui di Bogor, Sabtu (26/2).
Demi menghadapi penurunan harga komoditas batubara, Mifa Bersaudara akan mengoptimalisasi business process yang ada dan efisiensi beberapa biaya produksi. Di sepanjang tahun ini Mifa Bersaudara mencanangkan volume produksi batubara sebesar 8 juta ton.
Adapun jika digabungkan dengan produksi sister company-nya PT Bara Energi Lestari yang kerap memakai infrastruktur dari Mifa, maka total produksi batubara mencapai 10,6 juta ton di sepanjang tahun ini.
“Jika dibandingkan dengan tahun lalu ada peningkatan 1,3 juta ton. Peningkatan ini karena adanya permintaan yang meningkat,” ujarnya.
Baca Juga: Ini Harapan Pelaku Usaha Batubara Terkait Revisi Formula HBA
Selain menjual ke dalam negeri, Mifa Bersaudara mengekspor batubaranya ke sejumlah negara yakni ke China, India, Thailand, dan Vietnam.
Sejalan dengan peningkatan volume produksi di tahun ini, Mifa Bersaudara memproyeksikan akan terjadi peningkatan pendapatan (revenue) Perusahaan hingga 15% di 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News