Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Harga batubara bergerak fluktuattif namun masih berada di bawah level US$ 60 per metrik ton.
Konsumsi batubara oleh sebagian besar negara di Eropa nyatanya tak mampu mengerek harga.
Mengutip Bloomberg, Selasa (19/8) harga batubara kontrak pengiriman September 2015 di bursa ICE Commodity Exchange tercatat turun 1,8% ke level US$ 57,05 per metrik ton. Selama sepekan harga batubara menukik 4,11%.
Di tengah kekhawatiran pemanasan global serta adanya energi terbarukan, sebagian besar negara Eropa masih bergantung pada bahan bakar batubara untuk menghasilkan listrik.
Hal ini pula yang memacu Kolombia sebagai salah satu negara pemasok batubara terbesar ke Eropa untuk meningkatkan produksinya.
Unit perencana energi dan pertambangan Kolombia (UPME) kini sedang mempelajari cara baru untuk keluar dari tekanan harga batubara.
Konsumsi dari negara Eropa menjadi peluang bagi Kolombia.
"Negara ini memiliki potensi yang besar. Kami akan terus menggali dan memasok batubara batubara kami ke pasar dengan sebanyak mungkin," ungkap Direktur Jenderal UPME, Jorge Valencia seperti dikutip Bloomberg.
Kolombia menghasilkan 88,6 juta ton batubara di tahun 2014.
Negara tersebut menargetkan untuk memproduksi lebih dari 100 juta ton batubara di tahun 2018 mendatang.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures mengatakan, permintaan batubara dari Eropa bisa membantu harga batubara untuk bertahan di level saat ini.
Namun, adanya permintaan tersebut tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga.
Pasalnya, harga komoditas secara umum dalam tren melemah. Hal ini seiring dengan harga minyak dan energi lain.
"Potensi penguatan dollar AS karena spekulasi kenaikan sukubunga The Fed masiha kan menekan harga komoditas. Pertumbuhan ekonomi global juga masih melambat, apalagi ada ancaman penurunan permintaan dari China,' ujar Wahyu, Rabu (19/8).
Wahyu menduga batubara masih dalam tren melemah hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News