Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus melanjutkan penguatannya tahun ini. Harga batubara Newcastle bahkan sempat meroket ke rekor tertingginya sepanjang masa di level US$ 171 per ton.
Analis BRIDanareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri memperkirakan, perusahaan batubara akan membukukan laba bersih yang solid di kuartal ketiga ini. Naiknya kinerja emiten akan didorong oleh harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara yang lebih solid.
Hal ini karena sebagian besar volume penjualan batubara didasarkan pada kontrak serta adanya jeda (lag) hingga 6 bulan antara harga batubara global dan ASP perusahaan.
Membaiknya kinerja juga didukung oleh ekspektasi produksi batubara yang lebih baik seiring datangnya cuaca yang kering.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten properti di tengah perpanjangan PPN properti
Stefanus mencatat, sejumlah emiten batubara yang telah mengumumkan hasil kinerja semester I-2021 melaporkan marjin EBITDA yang lebih baik, diantaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 32,7% (dari sebelumnya 12,4%) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) sebesar 38,3% (dari sebelumnya 21,4%).
Sementara itu, ada pula emiten yang akan mendapat berkah lebih dari adanya penguatan harga batubara global tahun ini. Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya menyebut, emiten berbasis ekspor seperti ITMG dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) adalah dua diantaranya.
Asal tahu, sepanjang semester I-2021, ADRO mencatatkan volume penjualan batubara sebesar 25,78 juta ton. Berdasarkan segmentasi geografis, sebanyak 28% dari total penjualan batubara ADRO dilempar ke pasar domestik. Pasar Asia Tenggara (tidak termasuk Indonesia) meliputi 22% dari total penjualan pada semester I-2021, dengan Malaysia sebagai yang terbesar.
Porsi penjualan ke China naik menjadi 20%, sementara sebanyak 18% penjualan ADRO dilempar ke pasar Asia Timur lainnya (selain China) dan 10% nya dijual ke pasar India.
Sementara sepanjang paruh pertama tahun 2021, ITMG telah menjual 9,0 juta ton batubara. Penjualan terbesar ditujukan kepada China (2,7 juta ton), disusul ke pasar Indonesia (1,7 juta ton), Jepang (1,4 juta ton), Filipina (0,7 juta ton), Thailand (0,7 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur dan Tenggara.
Baca Juga: Kinerja Ace Hardware (ACES) lesu di semester I-2021, simak rekomendasi analis berikut
Senada, Andrey juga menilai prospek kinerja emiten di kuartal ini akan membaik. “Seharusnya produksi batubara akan meningkat di kuartal III-2021,” ujar Andrey kepada Kontan.co.id.
Meski harga batubara terus menguat, saham-saham di bawah cakupan BRIDanareksa Sekuritas masih berada di zona merah sejak awal tahun. Sebut saja saham ADRO yang secara year-to-date masih terkoreksi 11,54%, saham PT PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang terkoreksi 24,91%, dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang terkoreksi 28,57%.
Stefanus menilai, terkoreksinya saham-saham penambang batubara ini mencerminkan adanya perhatian terhadap isu-isu lingkungan, sosial dan tata kelola atau environmental, social and governance (ESG) pada sektor batubara.
Andrey merekomendasikan beli saham ITMG, ADRO, dan PTBA. Sementara pilihan utama (top picks) BRIDanareksa Sekuritas di sektor ini adalah saham ADRO dengan target harga Rp 1.600 dan PTBA dengan target harga Rp3.300.
Stefanus juga merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 16.500 dan beli saham UNTR dengan target harga Rp 30.000. Untuk saham HRUM, Stefanus menyematkan rekomendasi jual dengan target harga Rp 4.100.
“Risiko utama di sektor ini adalah pembalikan harga batubara global dengan ekspektasi meredanya kekhawatiran terhadap pasokan global,” tulis Stefanus dalam riset, Senin (16/8).
Selanjutnya: BRIDanareksa rekomendasikan beli saham ITMG, ini alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News