Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali anjlok. Kamis (20/8), harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2020 sudah berada di level US$ 50,50 per ton. Level tersebut merupakan level terendah sejak 2016 silam.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, jatuhnya harga batubara memang tidak terlepas dari efek pandemi, layaknya komoditas lainnya. Hanya saja, Wahyu menilai, terdapat faktor lain yang menekan harga batubara mengingat harga komoditas secara umum masih lumayan bertahan, bahkan ada yang mencoba rebound.
“Faktor lainnya mungkin adalah masalah cyclical. Seperti yang dilaporkan The International Energy Agency (IEA) bahwa bulan lalu pertama kalinya dalam sejarah kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara dunia menyusut. Penyusutan ini pada akhirnya memengaruhi para produsen batubara dan harga batubara itu sendiri,” ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (21/8).
Baca Juga: Impor China dan India menurun, harga batubara sentuh rekor terendah sejak 2016
Selain itu, Wahyu menyebut, katalis negatif lain datang dari pemulihan ekonomi di beberapa negara yang justru menekan batubara. Ia mencontohkan Uni Eropa, Korea Selatan dan Vietnam yang mengumumkan dalam kebijakan stimulusnya memasukkan kenaikan pajak atas impor batubara dan bahkan menutup pembangkit listrik tenaga batubara.
Dengan Korea Selatan dan Vietnam yang berencana ‘decarbonise’ ekonomi mereka, tentu ini menjadi pukulan bagi Australia. Mengingat kedua negara tersebut merupakan pasar ekspor batubara yang menjanjikan bagi Australia.
“Sementara China juga justru berencana meningkatkan produksi batubara domestik mereka sekaligus mengurangi kebutuhan impor. Sehingga secara keseluruhan demand yang melemah membuat harga batubara juga ikut melemah,” lanjut Wahyu.
Wahyu menilai, ada kecenderungan harga batubara masih akan tertekan seiring permintaan yang lemah dan level inventory yang masih tinggi. Hanya saja ia bilang pelemahan ini masih wajar. Jika dari segi permintaan masih lemah, selama dari sisi suplai bisa disesuaikan maka harga batubara diharapkan bisa naik walau terbatas.
Menurut Wahyu, negara produsen batubara seperti Australia dan Indonesia seharusnya melakukan pemangkasan produksi. Sembari menunggu Pakistan, Bangladesh, India, dan China melanjutkan pembangunan pembangkit tenaga listrik guna mengangkat permintaan batubara.
“Secara outlook untuk batubara memang saat ini masih berada dalam tren bearish, sehingga harga di bawah US$ 40 per ton masih sangat mungkin terjadi. Namun, untuk akhir tahun sendiri akan ada di kisaran US$ 50 - US$ 60 per ton,” imbuh Wahyu.
Baca Juga: Harga batubara menekan kinerja Indo Tambangraya (ITMG), simak rekomendasi sahamnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News