Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi batubara global terganggu sentimen dari penyebaran virus corona. Dampaknya, pasokan batubara global jadi menipis dan mengangkat kembali harga batubara.
Mengutip Bloomberg, 26 Februari silam, harga batubara di ICE Futures kontrak pengiriman April 2020 sempat sentuh level terendah di US$ 65,95 per metrik ton. Namun, harga batubara, Selasa (3/3) beranjak naik 0,75% dari level terendah ke US$ 66,45 per metrik ton.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, sentimen virus corona yang mengancam pertumbuhan ekonomi sempat menekan permintaan batubara terutama dari China. Sentimen tersebut wajar membuat harga batubara terkoreksi.
Baca Juga: Menanti hasil pertemuan OPEC+, harga minyak kembali menguat
Di sisi lain penyebaran virus corona juga menyebabkan produksi batubara terganggu. Padahal, banyak pabrik dan perusahaan batubara besar berasal dari China yang kini menutup aktivitas produksi karena penularan virus corona.
"Kini produksi melemah dan otomatis permintaan berkurang dan harga kembali seimbang berhadapan dengan penurunan permintaan," jelas dia, Selasa (3/3).
Harga batubara yang sempat melemah dan sangat murah juga secara teknikal mengundang aksi profit taking dari pelaku pasar.
Namun, pembalikan harga batubara saat ini, masih kalah dari pergerakan harga komoditas energi lainnya seperti minyak mentah dan gas alam.
"Rebound batubara kurang kuat mungkin karena anjloknya harga juga tidak seburuk minyak dan gas alam," lanjut Wahyu.
Baca Juga: Harga emas spot turun menjadi US$ 1.638,71 per ons troi
Dalam jangka menengah dia memproyeksikan, harga batubara berpotensi masih lanjutkan koreksi. Menurut Wahyu, meski pasokan batubara menurun tetapi ancaman permintaan yang melemah karena virus corona juga masih menghantui.
Untuk sepekan ke depan Wahyu memproyeksikan harga batubara berada di sekitar US$ 63 per metrik ton hingga US$ 72 per metrik ton. Wahyu merekomendasikan sell on strength jika harga batubara berada di atas US$ 70 per metrik ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News