Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Test Test
JAKARTA. Laju harga batubara selama pekan ini diprediksi bakal tertahan. Kondisi ekonomi global yang masih labil mendorong investor memburu dollar Amerika Serikat (AS). Pada saat bersamaan, investor akan melepas asetnya di instrumen komoditas.
Merujuk indeks harga spot batubara mingguan Globalcoal di Newcastle, akhir pekan lalu (19/3), harga bahan baku energi ini masih menanjak 1,19% ke level US$ 95,04 per ton. Tapi, analis melihat, reli harga komoditas ini akan tertahan hingga kuartal kedua tahun ini.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo Futures, Apelles R.T. Kawengian, menyatakan, masalah Yunani menyebabkan ketidakpastian di kawasan Eropa. Ini menyebabkan dollar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama dunia, sekaligus mengoreksi harga komoditas.
Sampai pukul 19.30 WIB kemarin (22/3), indeks dollar AS menguat menuju 80,89. Ini merupakan angka tertinggi indeks dollar AS sejak 20 Mei 2009. Pada saat yang bersamaan, harga minyak mentah di pasar internasional terperosok 2% ke level US$ 79,33 per barel.
"Dollar AS naik karena data-data ekonomi AS kian membaik, sedangkan negara Eropa seperti Inggris diprediksi akan mengalami resesi," tutur Apelles, kemarin. Dia menebak, pada kuartal kedua nanti harga batubara bisa terkoreksi ke US$ 92 per ton.
Jim Lennon, analis Macquarie Group Ltd yang berbasis di London, menimpali, harga batubara kemungkinan akan menurun lantaran kelebihan pasokan. Hanya saja, potensi penurunannya akan terbatas. "Karena permintaan batubara dari China dan India masih tinggi," tutur Lennon, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.
Tahun lalu, China mengimpor sebanyak 80 juta ton batubara thermal, atau melonjak 158% dari impor tahun sebelumnya. Adapun ekspor batubara China melorot 50% jadi 18 juta ton. Sedangkan impor batubara India di 2009 melonjak 100% jadi 60 juta ton.
Ibrahim, analis Asia Kapitalindo Futures, optimistis harga batubara menanjak. Pada paruh kedua tahun ini, "Harga batubara bisa ke US$ 97-US$ 98 per ton," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News