Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) akan mendapat keuntungan besar dari peningkatan harga batubara. Selama ini, porsi ekspor ADRO cukup tinggi yakni 78% dari total penjualan.
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas, Isnaputra Iskandar dalam riset 17 Maret 2021 mengatakan, sisi positif lain dari ADRO adalah mampu menjaga biaya agar tetap rendah dalam jangka menengah panjang. "Gejolak harga batubara dan ketidakpastian dalam perpanjangan kontrak adalah risiko utama panggilan kami," ujar dia dalam riset.
Isnaputra mengatakan, bisa mengerek asumsi harga batubara. Setelah pada tahun ini, pergerakan harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 85 - US$ 90 per ton. Sepanjang tahun ini, Isnaputra memperkirakan, harga batubara di US$ 75 per ton.
Baca Juga: Kontrak Adaro ke Pamapersada berakhir, begini kesiapan United Tractors
Meski cuaca membaik, Isnaputra melihat, sisi suplai secara umum masih mengejar permintaan yang lebih lambat. "Kami masih berpikir, harga batubara akan kembali normal pada kuartal II hingga kuartal III, tetapi kenyataannya bertahan di atas US$ 75 per ton karena ketatnya kondisi pasar," jelas dia dalam riset.
Menurut Isnaputra, setiap 1% perubahan dalam asumsi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) ekspor di tahun 2021 akan menaikkan perkiraan pendapatan sebesar 2,5%. "Kami pikir dalam jangka menengah dan panjang ADRO akan mampu mempertahankan biaya produksi rendah. Ini karena biaya produksi sebelum royalti pada tahun 2015 hingga 2020 di US$ 27 - US$ 34 per ton," kata dia.
Sementara, nisbah kupas kemungkinan tetap di bawah 5,5 bcm per ton di tahun 2021. Pada tahun 2015 hingga 2020, nisbah kupas di 3,8 - 5,2 bcm per ton. Ini karena prospek harga batubara yang tidak menguntungkan.
Selain itu, ADRO tengah berencana mengganti kontraktor penambang dari Pamapersada ke Bukit Makmur. Menurut Isnaputra, ini akan positif bagi ADRO dan menghasilkan efisiensi biaya. Ini karena lebih banyak yang terakhir harga yang kompetitif. Pada tahun 2020, Isnaputra memperkirakan, bisnis kontrak penambangan menyumbang 25%-30% dari biaya produksi di luar royalti.
Pada tahun 2020 hingga 2021, rasio pembayaran dividen ADRO akan di kisaran 30%, dari tahun 2019 sebesar 62%. "Ini karena kebutuhan belanja modal ADRO yang rendah, neraca cukup kuat dan free cash flow (FCF) positif," terang Isnaputra.
Dengan kapasitas saat ini, ADRO masih dapat meningkatkan volume menjadi 60 juta ton. "Kami juga berharap tidak ada proyek besar setelah penyelesaian. Proyek pembangkit listrik 2GWM pada akhir tahun 2021," ujar Isnaputra.
Baca Juga: Harga batubara melesat, ini rekomendasi saham yang masih terjangkau untuk dikoleksi
Setiap kenaikan 5% pada tahun 2021, asumsi payout ratio akan meningkatkan hasil ADRO sebesar 68 bps.
Karena itu, Isnaputra memberi rekomendasi buy saham ADRO dengan target harga Rp 1.800 per saham.
Sepanjang tahun 2020, pendapatan ADRO sebesar Rp 2,53 triliun dengan laba bersih Rp 237miliar. Sedangkan pada tahun 2021, Isnaputra memperkirakan, pendapatan ADRO akan menjadi Rp 3,02 triliun dengan laba bersih Rp 389 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News