Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
Jika dilihat lebih seksama, penjualan lokal YPAS turun 29,51% yoy dari semula Rp 102,41 miliar menjadi Rp 72,18 miliar pada kuartal pertama 2020. Sementara penjualan ekspor anjlok hingga 78,82% yoy, dari Rp 4,73 miliar menjadi Rp 1 miliar pada kuartal I 2020 lalu.
Beruntung, YPAS mampu memanfaatkan momentum penurunan harga bahan baku. Hal ini juga dibarengi dengan upaya meningkatkan produktivitas untuk membuat kegiatan produksi menjadi lebih efisien.
Rinawati menyebut, harga bahan baku cenderung stabil mulai pertengahan tahun 2019. Pada perkembangan berikutnya, harga bahan baku bahkan turun di awal tahun.
Seiring dengan hal ini, beban pokok penjualan YPAS juga berhasil turun 36,40% yoy menjadi Rp 61,67 miliar di tiga bulan pertama tahun ini.
Di sisi lain, YPAS juga berupaya melakukan efisiensi internal di seluruh departemen guna menghemat pengeluaran. Hal ini diikuti dengan penurunan pada sejumlah pos beban.
Baca Juga: Setelah merugi di 2018, Yanaprima (YPAS) bukukan laba Rp 3,48 miliar di 2019
Beban penjualan misalnya, tercatat terkikis 24,65% yoy menjadi Rp 2,14 miliar. Sebelumnya, beban penjualan YPAS sebesar Rp 2,84 miliar pada periode sama tahun lalu.
Berikutnya, penurunan juga dijumpai pada pos beban umum dan administrasi serta beban keuangan. Beban umum dan administrasi turun 2,46% yoy dari semula Rp 3,50 miliar menjadi Rp 3,42 miliar di kuartal I 2020. Sementara itu, beban keuangan berhasil dipangkas 57,78% menjadi Rp 1,72 miliar di tiga bulan pertama tahun ini.
Alhasil, YPAS berhasil mengempit laba tahun berjalan sebesar Rp 3,34 miliar.
“Kami terus memantau fluktuasi harga bahan dalam pembelian bahan baku dan melakukan penghematan secara berkesinambungan dengan melakukan efisiensi internal yang sudah dilakukan perseroan selama ini,” kata Rinawati.
Per 31 Maret 2020 lalu, aset YPAS tercatat sebesar Rp 265,59 miliar. Angka ini terdiri atas ekuitas sebesar Rp 124,62 miliar dan liabilitas sebesar Rp 140,97 miliar.
Sementara itu, kas dan bank akhir periode tercatat sebesar Rp 4,32 miliar per 31 Maret 2020. Posisi ini turun 8,41% dibanding kas dan bank awal periode tahun buku 2020 yang tercatat sebesar Rp 4,72 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News