kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga aluminium kian terpuruk menanti pertemuan Trump dan Xi Jinping


Jumat, 30 November 2018 / 19:50 WIB
Harga aluminium kian terpuruk menanti pertemuan Trump dan Xi Jinping
ILUSTRASI. Batang aluminium


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga aluminium kian menurun. Bahkan untuk menaikkan harga komoditas ini, pelaku pasar pun menanti hasil dari pertemuan Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping di KTT G20. 

Hanya saja, analis masih memprediksi harga aluminium sampai akhir tahun akan turun.

Mengutip Bloomberg, harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), Kamis (29/11) ditutup di level US$ 1.940 per metrik ton. Harga aluminium ini turun 0,41%. Tak hanya itu, dalam sepekan harga aluminium juga melorot 0,30%.

Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures mengatakan, turunnya harga aluminium selama beberapa hari ini tak lepas karena belum adanya kepastian dari perang dagang Amerika dan China. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berencana bertemu di tengah pertemuan KTT G20 di Argentina. 

Faktor pendukung lainnya yaitu penjualan mobil di China yang sempat menurun 11,7% pada Oktober lalu. 

“Kalau melihat sektor bisnis otomotifnya turun, dan pelambatan perekonomian China juga masih terjadi, hal ini bisa menjadi sentimen negatif bagi harga aluminium,” ungkap Andri kepada KONTAN, Jumat (30/11).

Akan tetapi, Andri melihat bahwa faktor utama yang menjadi sentimen pelemahan harga aluminium yakni perang dagang AS dan China. Pasalnya, Amerika Serikat telah memungut bea tambahan antara 10%-25% pada sejumlah barang impor dari China senilai US$ 250 miliar pada tahun ini. 

Hal ini sebagai buntut atas apa yang disebut Trump sebagai praktik perdagangan China yang tidak adil. Di tahun depan, pemerintah negeri paman sam berencana untuk kembali mengerk tarif tersebut.

Nah, Andri menilai, pertemuan negara-negara anggota G20 di Argentina merupakan tonggak untuk menghasilkan kabar positif dari perang dagang yang sudah terjadi antara AS dan China.

“Kalaupun hasilnya anti klimaks, dikhawatirkan harga komoditas sampai akhir tahun dan awal tahun belum bisa bangkit,” tuturnya.

Ada dua skenario yang dibuat Andri, dalam pertemuan Presiden Trump dan Xi Jinping. Pertama, kalau hasil pertemuan positif, maka ada potensi harga komoditas termasuk aluminium naik walaupun tidak tinggi dan hanya sementara. Sebaliknya, jika hasil pertemuan anti klimaks, maka harga akan jatuh dan pelaku pasar akan meninggalkan komoditas.

Andri pun memperkirakan, harga aluminium hingga akhir tahun masih akan turun dan tidak berpeluang rebound. Ia memprediksi harga aluminium pada perdagangan Senin (3/12) dalam rentang US$ 1,950 sampai US$ 1,940 per metrik ton. Sementara harga aluminium sepekan berada di rentang US$ 1,955 hingga US$ 1,930 per metrik ton. Akhir tahun harga aluminium jatuh di level US$ 1,900 per metrik ton.

Secara teknikal, Andri mengatakan, harga aluminium berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Indikator ini memberikan indikasi harga ada dalam tren menurun. Serupa, indikator RSI berada di area 14 dan indikator stochastic di area 27,6 yang mengindikasi jual.

Terakhir indikator moving average convergence divergence (MACD) pun berada di posisi negative di level 0,045, yang mengindikasikan jual.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×