kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Hanya menyerap Rp 4,5 triliun di lelang SBSN, pemerintah serius turunkan cost of fund


Rabu, 10 Maret 2021 / 08:15 WIB
Hanya menyerap Rp 4,5 triliun di lelang SBSN, pemerintah serius turunkan cost of fund


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelola Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menggelar lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (9/3). Pada lelang kali ini, jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 17,97 triliun dari 6 seri yang ditawarkan. Dari jumlah penawaran tersebut, pemerintah hanya menyerap Rp 4,49 triliun. 

Penawaran yang masuk ini lebih rendah jika dibandingkan dengan lelang SBSN sebelumnya. Pada lelang SBSN dua pekan lalu, Selasa (23/2), penawaran yang masuk mencapai Rp 24,24 triliun dari enam seri yang dilelang. Penyerapan lelang sukuk negara dua pekan lalu pun sedikit lebih tinggi daripada lelang kemarin, yakni sebesar Rp 4,99 triliun.

Menurut Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf, terjadi penurunan bid yang masuk untuk lelang yang dilakukan pekan ini. Walaupun demikian, penurunan ini masih berada dalam ekspektasi pasar karena yield yang secara umum masih naik. 

"Pemerintah sudah cukup mampu menunjukkan kemampuan pengelolaan utangnya yang baik dengan menurunkan pula jumlah penawaran yang dimenangkan dari biasanya. Menunjukkan juga pemerintah serius dalam usahanya untuk menurunkan cost of fund secara terus menerus," ujar Dimas.

Baca Juga: Pemerintah hanya menyerap Rp 4,49 triliun pada lelang sukuk negara, Selasa (9/3)

PBS028 menjadi seri yang paling banyak dimenangkan dalam lelang hari ini dengan nominal yang diserap mencapai Rp 1,4 triliun. Menurut Dimas, tenor panjang masih cenderung outperform dibanding tenor pendek, terutama dalam koreksi yang terjadi sekitar 1-1,5 bulan terakhir. "Sehingga kemungkinan investor berharap PBS028 yang memiliki jatuh tempo pada tahun 2046 akan mampu menjaga kinerjanya, dalam pasar yang mungkin masih volatile," ujar Dimas.

Dalam masa kenaikan yield dan penurunan harga akhir-akhir ini, koreksi dianggap masih sangat wajar terjadi. Pasalnya, yield US Treasury naik tajam pada pekan lalu.

Dimas mengatakan, tiap negara memiliki risk premium dibanding AS. Jadi sangat logis jika yield obligasi di negara-negara lainnya ikut naik. "Namun, yang cukup menarik adalah bagaimana yield Indonesia bisa bertahan di dua minggu awal koreksi pada bulan Februari hingga spread antara surat utang AS dan Indonesia bertenor 10 tahun sempat turun ke level 5%. Hal ini menunjukkan perbaikan fundamental yang terus diupayakan di Indonesia," ujar Dimas.

Baca Juga: Yield US Treasury turun, rupiah berpotensi berbalik menguat pada Rabu (10/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×