Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua saham emiten kawasan industri mengalami koreksi harga pada perdagangan akhir pekan ini. Jumat (18/9), saham PT Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) jatuh 6,70% ke Rp 181 per saham dan PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) turun 1,20% ke posisi Rp 304 per saham.
Padahal, kedua saham ini pada perdagangan Kamis (17/9) tergabung dalam jajaran sepuluh saham dengan kenaikan harga tertinggi atawa top gainers.
Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian mengatakan, penurunan harga kedua saham tersebut pada perdagangan hari ini lantaran ada aksi profit taking. Memang, jika diamati saham BEST sudah melesat 20,67% dalam sepekan, kemudian MMLP juga sudah mengalami kenaikan hingga 26,67%.
Selain kedua saham tersebut, saham kawasan industri lainnya yakni PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) turut menguat 30,71% dalam seminggu terakhir. Pada perdagangan hari ini, saham KIJA juga menguat hingga 10,91%.
Baca Juga: PSBB dan WFH buat kinerja properti perkantoran Jakarta melambat
Joey menjelaskan, saham emiten kawasan industri ini terdorong oleh faktor eksternal yaitu ekspektasi penyelesaian omnibus law dan RUU Cipta Kerja.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menyampaikan bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja) sudah mencapai 90%. Lebih lanjut ia bilang, penyelesaian RUU Cipta Kerja ini akan berdampak positif sebagai daya tarik bagi investor asing dan juga meningkatkan Ease of Doing Business (EODB).
Setelah poin-poin penting dan sensitif dalam pembahasan RUU tersebut rampung dan disetujui, Joey mengatakan sektor kawasan industri menjadi salah satu yang akan ketiban sentimen positif akan hal ini. Pasalnya, Airlangga juga sempat menyebutkan hingga saat ini terdapat 143 perusahaan yang berencana melakukan relokasi investasi ke Indonesia.
Menurut Airlangga, perusahaan yang bakal melakukan relokasi investasi ke Indonesia itu berasal dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, serta Jepang, Hong Kong, dan China. Makanya, Joey menilai RUU Cipta Kerja juga bisa meningkatkan investasi investor asing di dalam negeri ketimbang negara-negara lain di ASEAN.
Dari segi fundamental, ia memandang MMLP memiliki fundamental yang cukup baik karena bisnis penyewaan gudang modern dinilai lebih stabil dengan okupansi sekitar 97%.
"Sedangkan BEST lebih cyclical tergantung dengan penjualan lahan industri. Dari awal tahun hingga sekarang ini BEST belum membukukan penjualan dari lahan industri, walaupun menangani 60 ha inquiries dari sektor logistic, data center, dan consumer," kata dia Jumat (18/9).
Baca Juga: REI: Sektor properti butuh dukungan pemerintah di tengah pandemi
Menilik laporan keuangan BEST pendapatan perusahaan di semester I-2020 hanya Rp 153,87 miliar atau turun 58,53% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 371,05 miliar.
Selain itu, BEST mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 37,25 miliar. Padahal di enam bulan pertama 2019, perusahaan membukukan laba bersih Rp 114,48 miliar.
Dari saham-saham emiten kawasan industri, Joey merekomendasikan investor untuk hold saham BEST. Sementara MMLP kurang direkomendasikan karena sahamnya juga kurang likuid.
Selanjutnya: Mengukur prospek saham emiten pengelola kawasan industri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News